Sabtu, 01 Oktober 2011

Analisis Jurnal Psikologi Perkembangan Anak

Judul : Pengembangan kapasitas kepengawasan pendidikan di wilayah Yogyakarta
Pengarang : Suharsini Arikunto, Slamet Suyanto, Setya Raharja
Tahun : Desember 2006
Tema : Psikologi Perkembangan Anak

A. Latar Belakang
Sesuai dengan PP No. 25 Tahun 2000, kewenangan bidang pendidikan terbagi atas (1) kewenangan pemerintah pusat, (2) kewenangan propinsi, dan (3) kewenangan kabupaten/kota.Dilihat dari tingkat
kewenangannya, kewenangan kabupaten/kota jauh lebih besar daripada kewenangan propinsi dan kewenangan pemerintah pusat. Adanya tiga macam level kewenangan tersebut berdampak pada timbulnya berbagai masalah terkait dengan implementasi kebijakan yang menyangkut penjaminan mutu (quality assurance). Supervisi pendidikan yang sekarang ini berlaku tidak lain adalah masalah kepengawasan dan akreditasi sekolah, yang menjadi faktor utama dalam penjaminan mutu pendidikan di suatu kabupaten/kota. Beragamnya kekuatan dan potensi kabupaten/kota cenderung menimbulkan ketimpangan antar kabupaten/kota. Sementara itu, kewenangan propinsi yang `dibatasi` cenderung mengakibatkan pelayanan pendidikan lintas kabupaten/kota menjadi kurang tertangani dengan baik.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh perwujudan kegiatan supervisi di kabupaten atau kota yang tertata rapi sehingga peningkatan program pendidikan di wilayah yang bersangkutan dapat terlaksana dengan baik.

Penelitian ini menggunakan model Research and Development ( Kaji Tindak ) untuk mengkaji dan mengembangkan model pengawasan pendidikan yang baik dari segi struktur , instrumen, dan teknis pelaksanaannya.




B. Masalah
Adapun masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Seberapa efektifkah struktur organisasi kepengawasan dalam mendukung kelancaran tugas kepengawan pendidikan?
2. Bagaimanakah gambaran kinerja pengawas dilapangan?
3. Bagaimanakah pola kepengawasan masa depan yang lebih efektif?


C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah tertuju pada diperolehnya wujud yang baik dan tertata dari unsur-unsur kegiatan kepengawasan, yang dimulai dari unsur perwujudan luar yang sifatnya statis, sampai dengan unsur-unsur dinamis yang bersifat memperlancar kegiatan supervisi.


D. METODE
• Metode penelitian menggunakan model Research and Development (Kaji Tindak) yaitu untuk mengkaji dan mengembangkan model pengawasan pendidikan yang baik dari segi struktur, instrumen, dan teknis pelaksanaannya
• Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 7 (tujuh) bulan, terhitung sejak bulan Mei sampai Nopember 2004
• Tempat penelitian: Di Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
• Subjek penelitian ialah para pengawas, kepala sekola, daan guru TK/SD/SMP/MI, SMP/MTS, dan SMA/MA, SMK, Dewan pendidikan, dan Lembaga Pengawas Internal ( LPI) Yogyakarta
• Sampel: Pengawas, kepala sekolah, guru, Dewan Pendidikan, dan unsur Lembaga Pengawas Internal diambil menggunakan teknik purposive sampling, dengan maksud untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap dan representatif tentang kepengawasan pendidikan di Kota Yogyakarta
• Pengumpulan data: Menggunakan angket terbuka, didukung dengan wawancara melalui diskusi terbatas ( Focus Group Discussion) yang melibatkan pengawas, kepala sekolah, guru LPI, dan Dewan Pendidikan.


E. Hasil dan Kesimpulan
1. Struktur organisasi pengawasan sekolah dan pola pengawasan yang berjalan sampai saat ini belum dapat mengakomodasi kejelasan pembagian tugas diantara komponen-komponen pengawasm, yaitu pengawas sekolah, pengawas pendidikan agama islam , LPI, maupun dewan pendidikan.
2. Kinerja pengawas disekolah dapat dilihat dari enam komponen obyek pengawasan, yaitu komponen siswa, guru, kurikulum, sarana prasarana dan dana, manajemen sekolah, dan lingkungan/kultur sekolah. Dari keenam obyek tersebut , yang belum tergarap secara intensif adalah pengawasan terhadap komponen kultur sekolah.
3. Instrumen yang sering digunakan oleh pengawas dalam melaksanakan pengawasan terhadap keenam komponen obyek pengawasan tersebut adalah pedoman observasi, angket, kunjungan kelas/sekolah.
4. Pengawas yang akan datang diharapkan lebih professional, dimulai dari pola rekrutmen yang tepat, memiliki kemampuan manajerial yang kuat, kemampuan pengembangan kurikulum yang tinggi, dapat memberikan contoh pembelajaran, dan dapat memilih dan menggunakan instrumen pengawasan secara tepat.


F. Rekomondasi dan Implikasi
Saran Bagi Sekolah
 Perlu diciptakan pola kepengawasan sekolah yang terpadu dan kolaboratif diantara semua unsur yang terlibat, antara lain:Pengawas sekolah dari Depdiknas dan Depag, LPI, Dewan Pendidikan, LPMP, sehingga pengawasan dapat berjalan efektif
Saran Bagi Pihak di Luar Lingkungan Sekolah
 Kultur sekolah menjadi bagian penting dalam peningkatan mutu sekolah secara menyeluruh, sehingga perlu mendapatkan pembinaan secara intensif baik dari pengawas maupun dari unsur lain.
Saran Bagi Penelitian Selanjutnya
 Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas variabel tidak hanya di wilayah kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan lainnya juga perlu dilakukan penelitian agar program perwujudan kegiatan supervisi tertata rapi sehingga peningkatan program pendidikan di wilayah yang bersangkutan dapat terlaksana dengan baik.
 Dapat menggunakan landasan teori yang diperbarui.















Judul : Media Anak dan Persepsi Terhadap Bimbingan Media Orang Tua
Pengarang : Yohanes
Tahun : Juni 2008
Tema : Psikologi Perkembangan Anak


A. Latar Belakang
Belakangan ini, khususnya di Indonesia, siaran-siaran televisi berkembang begitu pesat. Sebagai media massa, tayangan televisi memungkinkan anak-anak untuk menonton berbagai acara termasuk acara-acara yang ditujukan untuk orang dewasa. Saat ini setiap stasiun televisi telah menyajikan acara-acara khusus untuk anak, walaupun jumlah acara khusus anak tersebut masih sangat minim.
Penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan jenis accidental sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan kebetulan, siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel.
Dengan maraknya pengaruh negatif tayangan televisi yang banyak ditonton anak-anak, yang menyita begitu banyak waktu anak-anak dibandingkan dengan aktivitas-aktivitas di luar sekolah, dan juga pola bimbingan media yang dilakukan orangtua maka penulis ingin mensurvei persepsi anak tentang film kekerasan di televisi dan bimbingan media orangtua.


B. Masalah
Adapun masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah persepsi anak-anak terhadap tayangan kekerasan pada tayangan film anak-anak berbagai sekolah di Jakarta?
2. Bagaimanakah pola bimbingan orangtua dalam mengatur keterlibatan anak-anak dalam tayangan film anak-anak?


C. Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah tertuju:
Ingin menggambarkan bagaimana persepsi anak-anak dalam tayangan kekerasan pada program film ditelevisi dan bimbingan media orang tua.


D. METODE
• Teknik yang digunakan non-probability sampling dengan jenis accidental sampling,
• Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak-anak kelas 4 SD yang berasal dari berbagai sekolah di Jakarta
• Tempat penelitian: Sekolah Dasar daerah Jakarta
• Pengumpulan data menggunakan kuesioner
• Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan jenis survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok


E. Hasil dan Kesimpulan
Dari hasil penelitian, anak-anak mempersepsi bahwa kekerasan dilakukan, untuk tujuan menyelamatkan dunia dan menaklukkan musuh. Selain itu, anak-anak mempersepsi bahwa senjata digunakan untuk menaklukkan musuh dan melindungi dunia. Anak-anak pun mempersepsi bahwa luka, tempat dan peristiwa yang ada dalam tayangan film yang ditonton, merupakan sesuatu yang tidak nyata, hanyalah fantasi belaka. Anak-anak juga memiliki persepsi bahwa tokoh-tokoh yang berada dalam tayangan film yang ditonton adalah fiksi, mereka menyadari bahwa tokoh-tokoh dalam tayangan film tersebut tidaklah nyata. Reward dan punishment berhak didapatkan oleh tokoh yang mengalami kemenangan maupun kekelahan. Menurut persepsi anak-anak, tokoh yang menang berhak mendapatkan reward, dan kalaupun mendapatkan berhak dalam kuantitas yang banyak atau besar. Begitu pula dengan tokoh yang mengalami kekalahan, harus memperoleh hukuman, dan jikalau memperoleh, harus mendapat hukuman yang banyak atau pun berat. Anak-anak mengetahui dan mengerti jika dalam pertarungan tokoh-tokoh di dalamnya dapat mengalami luka dan kematian, dan dari segi psikologis, tokoh-tokoh di dalamnya dapat menjadi takut dan tunduk kepada pihak yang menang. Dari segi humor, anak-anak mempersepsikan bahwa humor dalam tayangan film yang ditonton, ditandai dengan tampilan fisik yang jenaka, maupun karaterisasi perpetrator yang tertawa saat atau sebelum memukul, menendang, dan membunuh.


F. Rekomondasi dan Implikasi
Saran Bagi Penelitian Selanjutnya
 Pada penelitian ini, penulis hanya meneliti persepsi anak-anak dalam tayangan kekerasan pada program Film di Televisi dan Bimbingan Media Orangtua. Penelitian lain dapat memperluas variabel penelitian tidak hanya pada televisi, melainkan dapat juga meneliti video games, dan buku-buku bacaan yang juga mencemaskan bagi anak-anak pada saat ini. Penelitian juga dapat dilakukan di sekolah lain selain sekolah-sekolah SD di Jakarta.
 Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat menggunakan landasan teori yang diperbaharui.
Saran Bagi Lingkungan Sekolah
 Setelah mendapat banyak pengetahuan dan pengertian yang lebih, sekolah dapat lebih banyak menyediakan informasi bagi para orang tua dan sekolah-sekolah lain, membantu mereka menyadari efek-efek negatif dari tayangan-tayangan film anak-anak yang ada sekarang ini. Sekolah dapat memberikan ide serta strategi untuk membantu para orangtua dan keluarga anak-anak memilih tayangan-tayangan film yang bermanfaat dan bernilai positif bagi putra-putri mereka.
Saran Bagi Keluarga
 Sebaiknya sediakan hanya satu televisi di dalam rumah, agar pengawasan serta kontrol orangtua dan keluarga kepada anak-anak lebih mudah untuk dilakukan. Jika ada TV di dalam kamar pribadi anak-anak, sebaiknya dikeluarkan, dan jelaskan alasannya mengapa. Dengan adanya satu televisi di dalam rumah, dapat mengumpulkan seluruh keluarga dan menciptakan suasana kebersamaan yang harmonis.
Saran Bagi Media televisi
 Saran bagi media televisi ialah, media televisi wajib menyaring content tayangan-tayangan yang akan disiarkan bagi anak-anak, terutama tayangan-tayangan yang mengandung potensi tinggi untuk kekerasan. Sesuaikan dengan standard dari KPI yang berlaku bagi tayangan anak-anak.















Judul : Pemetaan Penyebab Stres Pada Anak di Surabaya
Pengarang : DRA. I Gusti Ayu Agung Noviekayati, Msi.,DRS. Suroso , MS.
Tahun : Agustus 2010
Tema : Psikologi Perkembangan Anak


A. Latar Belakang
Pelampiasan emosi anak pada saat tertekan dewasa ini cenderung mudah ditampilkan tanpa anak mengetahui konsekuensi dari perbuatannya yang dapat mengganggu perkembangan masa depan mereka. Perilaku ini merupakan manifestasi perilaku stres pada anak-anak dalam menghadapi kejadian dan permasalahan yang ada disekitarnya. Perilaku stress pada anak berasal dari berbagai sumber diantaranya lingkungan dalam keluarga dan lingkungan luar keluarga.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk membuat pemetaan penyebab stress pada anak. Pemetaan penyebab stress pada orang dewasa sudah dilakukan oleh Holmes and Rahe dalam Social Readjustment Rating Scale (Lazarus, 1976). Pada orang dewasa urutan stressor menurut rating ini adalah kematian pasangan hidup menempati urutan yang pertama, diikuti dengan perceraian dan kehidupan perkawinan yang terpisah sampai akhirnya kondisi yang berhubungan dengan hukum akibat kejahatan ringan.

Penelitian ini menggunakan variabel tunggal (variable tergantung) yaitu penyebab stress pada anak. Metode yang dipergunakan pada penelitian ini adalah metode survey.


B. Masalah
Adapun masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan yang cukup signifikan urutan indikator penyebab stress anak ditinjau dari lokasi sekolah
2. Apakah ada perbedaan yang sangat signifikan urutan indikator penyebab stress anak ditinjau dari kelas.


C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan penyebab stress pada anak. Banyak faktor yang menyebabkan anak-anak menjadi stress diantaranya adalah dari lingkungan dalam keluarga dan lingkungan luar keluarga. Stres pada anak dapat menurunkan kualitas hidup seorang anak dalam menyongsong masa depannya.


D. Metode
• Penelitian ini menggunakan variabel tunggal (variable tergantung) yaitu penyebab stress pada anak
• Metode yang dipergunakan pada penelitian ini adalah metode survey, yang datanya diperoleh dengan menggunakan skala Penyebab Stres Anak (skala PSA)
• Subyek penelitian adalah anak yang duduk di kelas IV s/d VI Sekolah Dasar di Surabaya sejumlah 1450 siswa, terdiri dari 8 Sekolah Dasar dengan tiga macam lokasi sekolah
• Analisis data yang digunakan untuk mengolah data dalam penelitian ini adalah Anava-2 Jalur untuk melihat perbedaan penyebab stress anak ditinjau dari lokasi sekolah dan kelas
• Uji-Z untuk melihat tingkatan atau kondisi subyek pada variabel yang diteliti dan Statistik Deskriptif untuk melihat prosentase faktor atau indikator sehingga dapat ditentukan urutan indikator penyebab stress pada anak baik secara keseluruhan, per faktor, berdasarkan lokasi sekolah maupun kelas


E. Hasil dan Kesimpulan
Hasil yang diperoleh dari ANAVA 2 Jalur menunjukkan:

1. Ada perbedaan yang cukup signifikan urutan indikator penyebab stress anak ditinjau dari lokasi sekolah
2. Ada perbedaan yang sangat signifikan urutan indikator penyebab stress anak ditinjau dari kelas. Hasil dari Uji-Z menunjukkan bahwa rata-rata siswa Sekolah Dasar yang menjadi subyek penelitian ini, baik secara keseluruhan maupun dilihat dari lokasi sekolah dan kelas mempunyai tingkat stress yang tergolong rendah. Berdasarkan hasil Statistik Deskriptif ditemukan ada 2 (dua) indikator utama sebagai stressor atau penyebab stress pada anak yaitu perceraian orang tua dan kehilangan orang yang disayangi.


F. Rekomondasi dan Implikasi
Saran Bagi Orang Tua
 Peran orang tua dalam memberikan pengertian bahwa anak akan beranjak remaja menjadi sangat penting sehingga anak menjadi waspada terhadap perubahan tubuh mereka dan konsekwensi akibat perubahan tersebut. Semakin cepat anak menyadari bahwa kondisi fisiologis mereka ada yang berubah maka pemikiran akan menjadi lebih dewasa, membuat anak menjadi cemas. Pada satu sisi mereka belum siap untuk tampil lebih dewasa, namun di sisi yang lain peru-bahan itu sudah terjadi pada diri mereka.

Saran Bagi penelitian selanjutnya
 Pada penelitian ini, penulis hanya meneliti Sekolah Dasar di Wilayah Surabaya yang terdiri dari siswa kelas 4, 5 dan 6. Penelitian lain dapat memperluas variabel tidak hanya pada Sekolah Dasar, melainkan dapat juga meneliti siswa SMP dan SMA yang juga mempunyai masalah sehingga dapat menimbulkan stres baik dalam lingkungan keluarga maupun luar lingkungan keluarga.

 Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat menggunakan landasan teori yang diperbarui.

3 komentar:

  1. kuliah ato kerja di bagian psikologi yah?

    BalasHapus
  2. saya mahasiswa dari Universitas Islam Indonesia
    Artikel yang menarik, bisa buat referensi ini ..
    terimakasih ya infonya :)

    BalasHapus
  3. tolong muatkan analisis psikolois anak sd kelas IV terhadap metode pembelajaran demontrasi

    BalasHapus