Judul : Pengembangan kapasitas kepengawasan pendidikan di wilayah Yogyakarta
Pengarang : Suharsini Arikunto, Slamet Suyanto, Setya Raharja
Tahun : Desember 2006
Tema : Psikologi Perkembangan Anak
A. Latar Belakang
Sesuai dengan PP No. 25 Tahun 2000, kewenangan bidang pendidikan terbagi atas (1) kewenangan pemerintah pusat, (2) kewenangan propinsi, dan (3) kewenangan kabupaten/kota.Dilihat dari tingkat
kewenangannya, kewenangan kabupaten/kota jauh lebih besar daripada kewenangan propinsi dan kewenangan pemerintah pusat. Adanya tiga macam level kewenangan tersebut berdampak pada timbulnya berbagai masalah terkait dengan implementasi kebijakan yang menyangkut penjaminan mutu (quality assurance). Supervisi pendidikan yang sekarang ini berlaku tidak lain adalah masalah kepengawasan dan akreditasi sekolah, yang menjadi faktor utama dalam penjaminan mutu pendidikan di suatu kabupaten/kota. Beragamnya kekuatan dan potensi kabupaten/kota cenderung menimbulkan ketimpangan antar kabupaten/kota. Sementara itu, kewenangan propinsi yang `dibatasi` cenderung mengakibatkan pelayanan pendidikan lintas kabupaten/kota menjadi kurang tertangani dengan baik.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh perwujudan kegiatan supervisi di kabupaten atau kota yang tertata rapi sehingga peningkatan program pendidikan di wilayah yang bersangkutan dapat terlaksana dengan baik.
Penelitian ini menggunakan model Research and Development ( Kaji Tindak ) untuk mengkaji dan mengembangkan model pengawasan pendidikan yang baik dari segi struktur , instrumen, dan teknis pelaksanaannya.
B. Masalah
Adapun masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Seberapa efektifkah struktur organisasi kepengawasan dalam mendukung kelancaran tugas kepengawan pendidikan?
2. Bagaimanakah gambaran kinerja pengawas dilapangan?
3. Bagaimanakah pola kepengawasan masa depan yang lebih efektif?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah tertuju pada diperolehnya wujud yang baik dan tertata dari unsur-unsur kegiatan kepengawasan, yang dimulai dari unsur perwujudan luar yang sifatnya statis, sampai dengan unsur-unsur dinamis yang bersifat memperlancar kegiatan supervi
D. METODE
• Metode penelitian menggunakan model Research and Development
• Subjek penelitian ialah para pengawas, kepala sekola, daan guru TK/SD/SMP/MI, SMP/MTS, dan SMA/MA, SMK, Dewan pendidikan, dan Lembaga Pengawas Internal ( LPI) Yogyakarta
• Tempat penelitian: Di kota Yogyakarta , provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
• Teknik pengambilan data: Purposive Sampling.
• Pengumpulan data: Menggunakan angket terbuka, didukung dengan wawancara melalui diskusi terbatas ( Focus Group Discussion) yang melibatkan pengawas, kepala sekolah, guru LPI, dan Dewan Pendidikan.
E. Hasil dan Kesimpulan
1. Struktur organisasi pengawasan sekolah dan pola pengawasan yang berjalan sampai saat ini belum dapat mengakomodasi kejelasan pembagian tugas diantara komponen-komponen pengawasm, yaitu pengawas sekolah, pengawas pendidikan agama islam , LPI, maupun dewan pendidikan.
2. Kinerja pengawas disekolah dapat dilihat dari enam komponen obyek pengawasan, yaitu komponen siswa, guru, kurikulum, sarana prasarana dan dana, manajemen sekolah, dan lingkungan/kultur sekolah. Dari keenam obyek tersebut , yang belum tergarap secara intensif adalah pengawasan terhadap komponen kultur sekolah.
3. Instrumen yang sering digunakan oleh pengawas dalam melaksanakan pengawasan terhadap keenam komponen obyek pengawasan tersebut adalah pedoman observasi, angket, kunjungan kelas/sekolah.
4. Pengawas yang akan datang diharapkan lebih professional, dimulai dari pola rekrutmen yang tepat, memiliki kemampuan manajerial yang kuat, kemampuan pengembangan kurikulum yang tinggi, dapat memberikan contoh pembelajaran, dan dapat memilih dan menggunakan instrumen pengawasan secara tepat.
Judul : Media Anak dan Persepsi Terhadap Bimbingan Media Orang Tua
Pengarang : Yohanes
Tahun : Juni 2008
Tema : Psikologi Perkembangan Anak
A. Latar Belakang
Belakangan ini, khususnya di Indonesia, siaran-siaran televisi berkembang begitu pesat. Sebagai media massa, tayangan televisi memungkinkan anak-anak untuk menonton berbagai acara termasuk acara-acara yang ditujukan untuk orang dewasa. Saat ini setiap stasiun televisi telah menyajikan acara-acara khusus untuk anak, walaupun jumlah acara khusus anak tersebut masih sangat minim.
Penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan jenis accidental sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan kebetulan, siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel.
Dengan maraknya pengaruh negatif tayangan televisi yang banyak ditonton anak-anak, yang menyita begitu banyak waktu anak-anak dibandingkan dengan aktivitas-aktivitas di luar sekolah, dan juga pola bimbingan media yang dilakukan orangtua maka penulis ingin mensurvei persepsi anak tentang film kekerasan di televisi dan bimbingan media orangtua.
B. Masalah
Adapun masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah persepsi anak-anak terhadap tayangan kekerasan pada tayangan film anak-anak berbagai sekolah di Jakarta?
2. Bagaimanakah pola bimbingan orangtua dalam mengatur keterlibatan anak-anak dalam tayangan film anak-anak?
C. Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah tertuju:
Ingin menggambarkan bagaimana persepsi anak-anak dalam tayangan kekerasan pada program film ditelevisi dan bimbingan media orang tua.
D. METODE
• Teknik yang digunakan non-probability sampling dengan jenis accidental sampling,
• Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak-anak 4 SD
• Tempat penelitian: Sekolah Dasar daerah Jakarta
• Pengumpulan data menggunakan kuesioner
• Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan jenis survei
E. Hasil dan Kesimpulan
Dari hasil penelitian, anak-anak mempersepsi bahwa kekerasan dilakukan, untuk tujuan menyelamatkan dunia dan menaklukkan musuh. Selain itu, anak-anak mempersepsi bahwa senjata digunakan untuk menaklukkan musuh dan melindungi dunia. Anak-anak pun mempersepsi bahwa luka, tempat dan peristiwa yang ada dalam tayangan film yang ditonton, merupakan sesuatu yang tidak nyata, hanyalah fantasi belaka. Anak-anak juga memiliki persepsi bahwa tokoh-tokoh yang berada dalam tayangan film yang ditonton adalah fiksi, mereka menyadari bahwa tokoh-tokoh dalam tayangan film tersebut tidaklah nyata. Reward dan punishment berhak didapatkan oleh tokoh yang mengalami kemenangan maupun kekelahan. Menurut persepsi anak-anak, tokoh yang menang berhak mendapatkan reward, dan kalaupun mendapatkan berhak dalam kuantitas yang banyak atau besar. Begitu pula dengan tokoh yang mengalami kekalahan, harus memperoleh hukuman, dan jikalau memperoleh, harus mendapat hukuman yang banyak atau pun berat. Anak-anak mengetahui dan mengerti jika dalam pertarungan tokoh-tokoh di dalamnya dapat mengalami luka dan kematian, dan dari segi psikologis, tokoh-tokoh di dalamnya dapat menjadi takut dan tunduk kepada pihak yang menang. Dari segi humor, anak-anak mempersepsikan bahwa humor dalam tayangan film yang ditonton, ditandai dengan tampilan fisik yang jenaka, maupun karaterisasi perpetrator yang tertawa saat atau sebelum memukul, menendang, dan membunuh.
Judul : Pemetaan Penyebab Stres Pada Anak di Surabaya
Pengarang : DRA. I Gusti Ayu Agung Noviekayati, MSi., DRS. Suroso, MS.
Tahun : Agustus 2010
Tema : Psikologi Perkembangan Anak
A. Latar Belakang
Pelampiasan emosi anak pada saat tertekan dewasa ini cenderung mudah ditampilkan tanpa anak mengetahui konsekuensi dari perbuatannya yang dapat mengganggu perkembangan masa depan mereka. Perilaku ini merupakan manifestasi perilaku stres pada anak-anak dalam menghadapi kejadian dan permasalahan yang ada disekitarnya. Perilaku stress pada anak berasal dari berbagai sumber diantaranya lingkungan dalam keluarga dan lingkungan luar keluarga.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk membuat pemetaan penyebab stress pada anak. Pemetaan penyebab stress pada orang dewasa sudah dilakukan oleh Holmes and Rahe dalam Social Readjustment Rating Scale (Lazarus, 1976). Pada orang dewasa urutan stressor menurut rating ini adalah kematian pasangan hidup menempati urutan yang pertama, diikuti dengan perceraian dan kehidupan perkawinan yang terpisah sampai akhirnya kondisi yang berhubungan dengan hukum akibat kejahatan ringan.
Penelitian ini menggunakan variabel tunggal (variable tergantung) yaitu penyebab stress pada anak. Metode yang dipergunakan pada penelitian ini adalah metode survey.
B. Masalah
Adapun masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan yang cukup signifikan urutan indikator penyebab stress anak ditinjau dari lokasi sekolah
2. Apakah ada perbedaan yang sangat signifikan urutan indikator penyebab stress anak ditinjau dari kelas.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan penyebab stress pada anak. Banyak faktor yang menyebabkan anak-anak menjadi stress diantaranya adalah dari lingkungan dalam keluarga dan lingkungan luar keluarga. Stres pada anak dapat menurunkan kualitas hidup seorang anak dalam menyongsong masa depannya.
D. Metode
• Penelitian ini menggunakan variabel tunggal (variable tergantung)
• Metode yang dipergunakan pada penelitian ini adalah metode survey
• Subyek penelitian adalah anak yang duduk di kelas IV s/d VI Sekolah Dasar di Surabaya sejumlah 1450 siswa
• Tempat Penelitian: 8 Sekolah Dasar di Surabaya
• Analisis data yang digunakan untuk mengolah data dalam penelitian ini adalah Anava-2
E. Hasil dan Kesimpulan
Hasil yang diperoleh dari ANAVA 2 Jalur menunjukkan:
1. Ada perbedaan yang cukup signifikan urutan indikator penyebab stress anak ditinjau dari lokasi sekolah
2. Ada perbedaan yang sangat signifikan urutan indikator penyebab stress anak ditinjau dari kelas. Hasil dari Uji-Z menunjukkan bahwa rata-rata siswa Sekolah Dasar yang menjadi subyek penelitian ini, baik secara keseluruhan maupun dilihat dari lokasi sekolah dan kelas mempunyai tingkat stress yang tergolong rendah. Berdasarkan hasil Statistik Deskriptif ditemukan ada 2 (dua) indikator utama sebagai stressor atau penyebab stress pada anak yaitu perceraian orang tua dan kehilangan orang yang disayangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar