Senin, 10 Oktober 2011

Analisis Perkembangan Anak Dilihat dari Aspek Media dan Lingkungan Sekitar

PERKEMBANGAN ANAK DILIHAT DARI ASPEK MEDIA DAN LINGKUNGAN SEKITAR
Tema: Psikologi Perkembangan Anak

Latar Belakang
Pelampiasan emosi anak pada saat tertekan dewasa ini cenderung mudah ditampilkan tanpa anak mengetahui konsekuensi dari perbuatannya yang dapat mengganggu perkembangan masa depan mereka. Perilaku ini merupakan manifestasi perilaku stres pada anak-anak dalam menghadapi kejadian dan permasalahan yang ada disekitarnya. Perilaku stress pada anak berasal dari berbagai sumber diantaranya lingkungan dalam keluarga dan lingkungan luar keluarga.
Pemetaan penyebab stress pada orang dewasa sudah dilakukan oleh Holmes and Rahe dalam Social Readjustment Rating Scale (Lazarus, 1976). Pada orang dewasa urutan stressor menurut rating ini adalah kematian pasangan hidup menempati urutan yang pertama, diikuti dengan perceraian dan kehidupan perkawinan yang terpisah sampai akhirnya kondisi yang berhubungan dengan hukum akibat kejahatan ringan.
Hasil Penelitian
Hasil yang diperoleh dari ANAVA-2 Jalur menunjukkan ada perbedaan yang cukup signifikan urutan indikator penyebab stress anak ditinjau dari lokasi sekolah dan perbedaan yang sangat signifikan urutan indikator penyebab stress anak ditinjau dari kelas. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel. 1. Hasil Anava - 2 Jalur

Sumber JK db RK F R2 p
Antar A 469.110 2 234.555 3.082 0.004 0.045
Antar B 903.096 2 451.548 5.934 0.008 0.003
Inter AB 506.244 4 126.561 1.663 0.005 0.155

Keterangan :
A : antar Lokasi Sekolah
B : antar Kelas
p : taraf signifikansi

Hasil Uji-Z secara keseluruhan menunjukkan Mean Teoritis (MT) = 110, Mean Empiris (ME) = 80.479, dengan nilai Z = - 71.705 pada p = 0,000 (p < 0,01). Karena nilai MT > ME, berarti rata-rata siswa SD yang menjadi subyek penelitian ini mempunyai tingkat stress yang tergolong rendah. Demikian juga hasil Uji-Z antar lokasi sekolah dan kelas menunjukkan bahwa MT > ME, sehingga dapat dikatakan bahwa rata-rata siswa SD baik dari lokasi sekolah bawah, menengah dan atas; maupun siswa kelas IV, V dan VI mempunyai tingkat stress yang tergolong rendah. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel. 2. Hasil Uji-Z berdasarkan Lokasi Sekolah

LOKASI SEKOLAH
BAWAH MENENGAH ATAS
MT ME Nilai Z p MT ME Nilai Z p MT ME Nilai Z p
110 80.852 - 71.772 0.000 110 80.924 - 73.654 0.000 110 79.692 - 76.754 0.000



Tabel. 3. Hasil Uji-Z berdasarkan Kelas

KELAS
IV V VI
MT ME Nilai Z p MT ME Nilai Z p MT ME Nilai Z p
110 79.389 - 71.577 0.000 110 80.643 - 72.599 0.000 110 81.310 - 78.956 0.000


Keterangan :

MT = Mean Teoritis
ME = Mean Empiris
p = Taraf Signifikansi

Berdasarkan hasil statistik Deskriptif ditemukan 2 (dua) indikator utama penyebab stress pada anak yaitu perceraian orang tua dan kehilangan orang yang disayangi. Hasil Statistik Deskriptif selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Hasil Statistik Deskriptif – Perbandingan Urutan Faktor dan Indikator penyebab stress pada anak.
NO NAMA INDIKATOR UMUM FAKTOR LOKASI SEKOLAH KELAS
N = 1450 N = 1450 BAWAH MENENGAH ATAS IV V VI
N = 465 N = 489 N = 496 N = 457 N = 490 N = 503
A. FAKTOR NORMATIF
1 Kebutuhan Berkelompok V II VI VI VII VI VI VI
2 Kebutuhan Penyelesaian Tugas XI IV IV V V V V V
3 Perubahan Fisiologis IV I V IV III IV IV IV
4 Menyukai Lawan Jenis VIII III XI XI VI IX IX VIII

B. FAKTOR LINGKUNGAN
5 Perceraian Orang Tua I I I I I I I I
6 Kehilangan Orang yang Disayangi II II II II II II II II
7 Perpindahan Tempat Tinggal X VII X X XI XI X X
8 Perpindahan Sekolah IX VI IX IX X X XI IX
9 Perpindahan Lingkungan Bermain III III III III IV III III III
10 Tuntutan Orang Tua VII V VII VIII IX VIII VIII VII
11 Tekanan Teman Sebaya VI IV VIII VII VIII VII VII XI

Statistik Deskriptif menghasilkan prosentase masing-masing indicator baik secara umum maupun berdasarkan lokasi sekolah dan kelas sehingga dapat dapat ditentukan urutan indikatornya.
Berdasarkan analisis data secara umum tanpa memperhatikan faktor (nor-mative dan lingkungan), lokasi sekolah (atas, menengah, dan bawah) maupun kelas (empat, lima dan enam SD), diperoleh hasil perceraian orangtua secara umum merupakan penyebab stress anak tertinggi (9,5 %).

Hal ini dikarenakan, menurut Young ada perubahan-perubahan hidup yang tidak dimengerti dan membingungkan anak. Kejadian-kejadian yang dapat menjadi pencetusnya antara lain adalah perceraian orang tua. Ketika orang tua bercerai atau bertengkar, anak-anak merasa keamanan mereka terganggu sehingga mem-buat mereka merasa sendiri dan ketakutan.

Pendapat di atas diperkuat oleh Carr (2006), yang mengatakan bahwa perceraian orang tua dan kematian ibu atau orang yang merawatnya ada-lah penyebab stres yang utama pada anak-anak.

Perpindahan lingkungan bermain, merupakan indikator penyebab stres urutan ketiga secara umum (7,5%), Hal ini dikarenakan anak-anak usia ini berada pada fase berkelompok, jadi pemisahan anak dengan kelompok atau teman-teman sebaya merupakan tekanan baginya (Smidt, 2006).

Perubahan fisiologis merupakan penyebab stress urutan keempat (6,99%), Anak-anak subyek penelitian ini tergolong pada tahap perkembangan akhir masa kanak-kanak (middle childhood), dengan rentang usia 6-12 tahun. . Pada usia 6 sampai 10 tahun, perkembangan biofisiknya mengalami masa stabil tidak seperti masa se-belumnya (usia 0 sampai 6 tahun), dan pada usia 10 sampai 12 tahun, saat mema-suki masa prepubertas, perubahan-perubahan biofisik akan dirasakan kembali te-rutama pada organ-organ seksual (Berk, 2000).
Kebutuhan berkelompok merupakan penyebab stress urutan kelima (6,4%). Anak-anak ini berada pada fase berkelompok, jadi pemisahan anak dengan kelompok atau teman-teman sebayanya merupakan indikator penyebab stress baginya (Harris & Butterworth, 2004).

Tekanan teman sebaya merupakan penyebab stress urutan keenam (6,1%). Hal ini dikarenakan menurut Young, untuk kelom-pok anak usia sekolah ini, terutama untuk anak yang tergolong masa kanak-kanak akhir (kelas 4-6 SD) yang akan mengakhiri tahap perkembangan akhir masa kanak-kanak, adalah kegiatan yang berlebihan dan tekanan yang berasal dari teman sebayanya.
Tuntutan orangtua merupakan penyebab stress urutan ke-tujuh (6%), Hal ini dikarenakan apabila tuntutan orangtua menyebabkan terjadi-nya pemisahan anak dengan kelompoknya, ini merupakan hal yang menimbulkan ketegangan dan perasaaan tidak nyaman (Latona, 2000).

Menyukai lawan jenis, merupakan penyebab stress urutan kedelapan (5,78%). Seiring bertambahnya usia anak, sampailah pada fase anak-anak akhir yang ditandai dengan siap berfungsinya organ-organ seksual yang berdampak tertarik kepada lawan jenisnya. Kondisi ini apabila tidak dibarengi dengan keberanian dan kepercayaan diri berakibat anak menjadi malu, rendah diri dan cemas.
Indikator perpindahan sekolah merupakan penyebab stress urutan kesembilan (5,8%). Anak-anak yang pindah dari tempat yang sudah familier dalam hal ini sekolah (yang pada anak kelas 4-6 SD sudah mempunyai banyak teman), bagi mereka seringkali membuat mereka merasa tidak aman, bingung dan cemas.
Indikator perpindahan tempat tinggal merupakan penyebab stress urutan kese-puluh (5,7%). Sebagaimana pada indicator perpindahan sekolah di atas, anak-anak yang pindah dari tempat yang sudah familier dalam hal ini tempat tinggal, bagi mereka seringkali membuat mereka merasa tidak aman, bingung dan cemas.
Indikator kebutuhan penyelesaian tugas merupakan penyebab stress urutan kesebelas (5,3%). Kebutuhan penyelesaian tugas ini dapat dikaitkan dengan anak mulai belajar bertanggungjawab dan mulai belajar untuk menerima konsekuensi baik yang bersifat positif maupun negatif berkenaan dengan penyelesaian tugas. Pada usia ini, anak mulai dinilai apakah mereka mampu atau tidak dalam penye-lesaian tugas. Hal inilah yang menyebabkan anak menjadi stress.

Berkaitan dengan perkembangan sosial anak, anak mempunyai dorongan untuk tumbuh, berkembang dan mengejar ketinggalan dari teman-temannya. Dalam batasan tertentu, media massa, khususnya televisi, mempunyai pengaruh terhadap proses perkembangan sosial anak.
Pengaruh siaran televisi terhadap perkembangan anak menurut (Hidayati, 1998):
• dapat menumbuhkan keinginan untuk memperoleh pengetahuan
• anak secara bertahap dapat meningkatkan kemampuan pelafalan dan tata bahasa
• Dapat menambah kosakata pada anak
• memberikan berbagai pengetahuan yang tidak dapat diperoleh dari lingkungan sekitar atau orang lain
Gambaran umum subyek berdasarkan perasaan saat menonton tayangan TV favourite
Berdasarkan kategori perasaan saat menonton tayangan TV favourite, subyek terbanyak memiliki perasaan gembira, senang, yaitu sebanyak 167 orang (69.9%).
Tabel 15
Karakteristik subyek berdasarkan perasaan saat menonton tayangan TV favourite
Perasaan saat menonton tayangan TV favourite Frekuensi Persentase
Gembira, senang 167 69.9
Bersemangat, antusias 20 8.4
Merasa kamu sama seperti tokoh-tokoh di dalamnya
Berusaha untuk mengingat kata-kata di dalamnya 21


31 8.8


13.0
Jumlah 239 100

Gambaran umum subyek berdasarkan perasaan ketika tayangan TV favourite tidak diputar
Berdasarkan kategori perasaan ketika tayangan TV favourite tidak diputar, subyek terbanyak memiliki perasaan biasa saja, dan mencari tayangan TV lain, yaitu sebanyak 94 orang (39.3%).
Tabel 16
Karakteristik subyek berdasarkan perasaan ketika tayangan TV favourite tidak diputar
Perasaan saat tayangan TV favourite tidak diputar Frekuensi Persentase
Kesal 79 33.1
Marah (melampiaskan pada orang di sekeliling) 9 3.8
Biasa saja, dan mencari tayangan TV lain 94 39.3
Biasa saja, dan mencari aktivitas lain selain menonton TV 57 23.8
Jumlah 239 100

Bimbingan Media Orangtua
Bimbingan media orangtua ialah suatu cara komunikasi orangtua kepada anak-anak mereka dengan membatasi penggunaan media oleh anak mereka. Bybee, Robinson, dan Turow secara lebih jauh menekuni gagasan mereka dengan meluncurkan jawaban analisis faktor Orangtua pada 14 pertanyaan yang berhadapan dengan berbagai tipe yang berbeda dari bimbingan orangtua. Tipe-tipe tersebut antara lain restrictive, evaluative, dan unfocused (Bulck & Bergh, 2000).

Bimbingan restrictive terjadi ketika orangtua membatasi atau melarang apa yang anak-anak mereka lihat.
Bimbingan evaluative terjadi ketika orangtua berperan mendiskusikan apa yang anak-anak mereka saksikan dalam televisi, dengan cara memberitahu apa yang dilakukan oleh tokoh dalam film yang mereka tonton
Bimbingan unfocused ialah bimbingan yang melibatkan orangtua untuk duduk bersama dengan anak-anak mereka ketika menonton televisi, secara positif mendukung beberapa perilaku atau mendiskusikan apa yang anak-anak mereka telah saksikan.
Berdasarkan kategori pola bimbingan media orangtua, subyek terbanyak memiliki pola bimbingan media orangtua restrictive yaitu sebanyak 98 orang (41.0%).

Tabel 3
Karakteristik subyek berdasarkan pola bimbingan media orangtua
Pola bimbingan media orangtua Frekuensi Persentase
Restrictive 98 41.0
Evaluative 56 23.4
Unfocused 85 35.6
Jumlah 239 100

Berdasarkan hasil penelitian bimbingan media orangtua, para orangtua di berbagai sekolah di, Jakarta, anak-anak mempersepsikan orangtua mereka paling banyak menggunakan pola bimbingan restrictive (41%). Urutan kedua ditempati oleh bimbingan unfocused (23.4%). Urutan ketiga setelah bimbingan unfocused, ialah evaluative (35.6%).





Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh :
Yohanes (Juni,2008)
Motivasi:
Dengan maraknya pengaruh negatif tayangan televisi yang banyak ditonton anak-anak, yang menyita begitu banyak waktu anak-anak dibandingkan dengan aktivitas-aktivitas di luar sekolah, dan juga pola bimbingan media yang dilakukan orangtua maka penulis ingin mensurvei persepsi anak tentang film kekerasan di televisi dan bimbingan media orangtua.
Rekomondasi
Pada penelitian ini, penulis hanya meneliti persepsi anak-anak dalam tayangan kekerasan pada program Film di Televisi dan Bimbingan Media Orangtua. Penelitian lain dapat memperluas variabel penelitian tidak hanya pada televisi, melainkan dapat juga meneliti video games, dan buku-buku bacaan yang juga mencemaskan bagi anak-anak pada saat ini. Penelitian juga dapat dilakukan di sekolah lain selain sekolah-sekolah SD di Jakarta.
Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat menggunakan landasan teori yang diperbaharui.

DRA. I Gusti Ayu Agung Noviekayati, Msi. DRS. Suroso,MS ( Agustus,2010)
Motivasi
Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk membuat pemetaan penyebab stress pada anak. Pemetaan penyebab stress pada orang dewasa sudah dilakukan oleh Holmes and Rahe dalam Social Readjustment Rating Scale (Lazarus, 1976). Pada orang dewasa urutan stressor menurut rating ini adalah kematian pasangan hidup menempati urutan yang pertama, diikuti dengan perceraian dan kehidupan perkawinan yang terpisah sampai akhirnya kondisi yang berhubungan dengan hukum akibat kejahatan ringan.



Rekomondasi
Pada penelitian ini, penulis hanya meneliti Sekolah Dasar di Wilayah Surabaya yang terdiri dari siswa kelas 4, 5 dan 6. Penelitian lain dapat memperluas variabel tidak hanya pada Sekolah Dasar, melainkan dapat juga meneliti siswa SMP dan SMA yang juga mempunyai masalah sehingga dapat menimbulkan stres baik dalam lingkungan keluarga maupun luar lingkungan keluarga.
Masalah :
• Apakah ada perbedaan yang cukup signifikan urutan indikator penyebab stress anak ditinjau dari lingkungan dalam keluarga dan lingkungan luar keluarga
• Bagaimanakah persepsi anak-anak terhadap tayangan kekerasan pada tayangan film anak-anak berbagai sekolah di Jakarta?
• Bagaimanakah pola bimbingan orangtua dalam mengatur keterlibatan anak-anak dalam tayangan film anak-anak?
Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan penyebab stress pada anak. Banyak faktor yang menyebabkan anak-anak menjadi stress diantaranya adalah dari lingkungan dalam keluarga dan lingkungan luar keluarga.
Untuk menggambarkan bagaimana persepsi anak-anak dalam tayangan kekerasan pada program film ditelevisi dan bimbingan media orang tua.





Daftar Pustaka:
Yohanes (Juni,2008)
DRA. I Gusti Ayu Agung Noviekayati, Msi. DRS. Suroso,MS ( Agustus,2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar