Senin, 31 Oktober 2011

Bab III Metode Penelitian


BAB III
METODE PENELITIAN
                3.1 Jenis Penelitian
                Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan survey. Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan melukiskan keadaan subyek dan obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya.
                Pelaksanaan metode penelitian deskriptif tidak terbatas sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang data tersebut , selain itu semua yang dikumpulkan memungkinkan menjadi kunci  terhadap apa yang diteliti.

                3.2 Populasi dan Sampel
                Dari segi pengaruh media massa, khususnya televisi populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak kelas 4 SD yang berasal dari berbagai sekolah di Jakarta. Peneliti menggunakan teknik non-probability sampling dengan jenis accidental sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan kebetulan, siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel. Jumlah keseluruhan populasi yang diambil dari penelitian ini ialah 239 orang. Sampel yang digunakan adalah 139 orang di SD X, 100 berasal dari wilayah sekitar Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
            Sedangkan dari segi stress pada anak yang berasal dari lingkungan keluarga dan lingkungan luar keluarga populasi yang digunakan adalah anak-anak tingkat Sekolah Dasar di wilayah Surabaya sebanyak 1450 siswa. Penelitian ini menggunakan variabel tunggal (variable tergantung) yaitu penyebab stress pada anak. Metode yang dipergunakan pada penelitian ini adalah metode survey, yang datanya diperoleh  dengan  menggunakan skala Penyebab Stres Anak (skala PSA).

Sampel penelitian adalah anak yang duduk di kelas IV s/d VI Sekolah Dasar di Surabaya  sejumlah  1450  siswa, terdiri dari 8 Sekolah Dasar dengan tiga macam lokasi sekolah, yaitu 1). Lokasi sekolah bawah, dengan asumsi para orang tua siswa mempunyai status ekonomi sosial kelas bawah. Lokasi bawah terdiri dari SDI Raden Patah, SDN Nginden Jangkungan I, dan SDN Kertajaya XI.  2). Lokasi kelas menengah,  dengan asumsi para orang tua siswa mempunyai status ekonomi sosial kelas menengah. Lokasi ini terdiri dari  SDN Baratajaya, SDK Theresia II, dan SD Hang Tuah 3). Lokasi sekolah atas, dengan asumsi para orang tua siswa mempunyai status ekonomi sosial kelas atas. Lokasi ini terdiri dari SDN Kertajaya XIII dan SDK Theresia I.

                3.3          Variabel Penelitian
                3.3.1      Pengukuran Variabel Penelitian
                Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan jenis survai, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.
                Pengukuran variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah variabel perkembangan  anak dilihat dari aspek media khususnya televisi dan lingkungan sekitar di wilayah Jakarta dan Surabaya. Selanjutnya beberapa dimensi utama atau indikator yang telah ditentukan oleh peneliti dijabarkan ke dalam pertanyaan yang disusun dalam pernyataan-pernyataan untuk kemudian diajukan kepada responden.

                3.3.2      Indikator Variabel Penelitian
                Indikator yang digunakan untuk mengukur perkembangan  anak dilihat dari aspek media khususnya televisi dan lingkungan sekitar antara lain:
  1. Media massa, televisi:
    • Gambaran umum subyek berdasarkan perasaan saat menonton tayangan
    • Gambaran umum subyek berdasarkan perasaan ketika tayangan TV favourite tidak diputar
    • Gambaran umum subyek berdasarkan nyata atau tidaknya tayangan TV dalam kehidupan
    • Gambaran umum subyek berdasarkan alasan mempercayai nyata atau tidaknya tayangan TV dalam kehidupan
    • Gambaran umum subyek berdasarkan alasan memilih hal yang disukai dari tokoh utama
  2. Faktor Normatif:
·         Kebutuhan berkelompok
·         Kebutuhan penyelesaian tugasa
·         Perubahan fisiologis
·         Menyukai lawan jenis

C.      Faktor Lingkungan
·         Perceraian orang tua
·         Kehilangan orang yang disayangi
·         Perpindahan tempat tinggal
·         Perpindahan sekolah
·         Perpindahan lingkungan bermain
·         Tuntutan orang tua
·         Tekanan teman sebaya

3.4   Prosedur Pengambilan dan Pengambilan data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam metode ini yaitu metode dokumentasi kepustaaan dan metode kuesioner.

1.       Metode Dokumentasi
Dokumen-dokumen yang ada dipelajari untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini. Dokumen tersebut meliputi laporan dan atau berbagai artikel dari majalah, koran atau jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian. Dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk mendapatkan data sekunder.
2.       Metode Kuesioner
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden adalah berbentuk angket atau kuesioner.



3.       Metode Survey
Penelitian ini menggunakan variabel tunggal (variable tergantung) yaitu penyebab stress pada anak. Metode yang dipergunakan pada penelitian ini adalah metode survey, yang datanya diperoleh  dengan  menggunakan skala Penyebab Stres Anak (skala PSA).


                        Metode Analisis data

Menurut Arikunto (1997), instrumen yang baik untuk memenuhi dua persyaratan yaitu valid dan relible, pembuatan instrumen harus dilandasi dengan kajian pustaka. Karena itu kuesioner sebagai instrumen pengumpul data dalam penelitian  ini perlu diuji validitas dan realibilitas dengan cara melakukan uji coba pada sekelompok anak di daerah Jakarta dan Surabaya.

1.       Uji valididtas
Uji validitas akan dilakukan dengan metode Pearson atau metode Product Moment, yaitu dengan menggunakan mengkorelasikan skor butir pada kuesioner dengan skor totalnya. Jika nilai koefisien korelasinya lebih dari 0,3 maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid. Uji validitas ini menggunakan bantuan program SPSS 10.0 for windows. Adapun rumus Pearson product moment yaitu rxy:

                                N∑X-Y-(∑X) (∑Y)
                                        √ [{ ∑ X²-(∑ X)²} { N∑ Y²- ( ∑ Y)² }]                 
Dimana:
rxy                                  : Korelasi product moment
N                                     : Cacah subjek uji coba
∑ X                                  : Jumlah skor butir (x)
∑ y                                  : Jumlah skor butir (y)
∑ X²                                : Jumlah skor butir kuadrat (x)
∑ X²                                : Jumlah skor variabel (y)
∑ xy                                : Jumlah perkalian butir (x) dan skor variabel (y)

  1. Uji Reliabilitas
Metode yang digunakan pada uji reliabilitas adalah metode Cronbach’s Alpha. Penghitungan Cronbach’s Alpha dilakukan dengan menghitung rata-rata iterkorelasi di antar butir-butir pernyataan dalam kuesioner. Variabel dikatakan reliabel jika nilai alphanya lebih dari 0,3.

Rumus Cronbach Alpha adalah sebagai berikut:
rtt=   M        1-      Vx
         M-1                 Vt

Dimana:
        rtt                           : Koefisien Alpha
        Vx                           : Variansi Butir
        Vt                           : Variansi Total (Faktor)
        M                            : Jumlah Butir

  1. Analisis Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data dan kegiatan penelitian, selanjutnya dilakukan kegiatan menganalisis data. Kegiatan menganalisis data ini terdiri dari tiga tahap yaitu:
1.       Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini dilakukan beberapa kegiatan antara lain: (1) Mengecek nama dan kelengkapan identitas responden, (2) Memeriksa isi instrumen pengisian data (3) Mengecek isian data.

2.       Tahap Tabulasi
Kegiatan tabulasi adalah kegiatan mengelompokkan data ke dalam tabel frekuensi untuk mempermudah dalam menganalisa. Kegiatan tabulasi dalam hal ini yaitu:
a.       Coding yaitu pembahasan kode untuk setiap data yang  telah diedit
b.      Skoring adalah emberian skor terhadap jawaban responden untuk memperoleh data kuantitatif yang diperlukan.

3.       Tahap Penerapan
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuantitatif dan Anava-2 Jalur untuk melihat perbedaan penyebab stress anak ditinjau dari lokasi sekolah dan kelas.Uji-Z untuk melihat tingkatan atau kondisi subyek pada variabel yang diteliti.

Statistik Deskriptif untuk melihat prosentase faktor atau indikator sehingga dapat ditentukan urutan indikator penyebab stress pada anak baik secara keseluruhan, per faktor,  berdasarkan lokasi sekolah maupun  kelas.

Disamping itu deskriptif juga bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subyek penelitian berdasarkan data dari variable yang diperoleh dari kelompok subyek yang diteliti dengan menggunakan teknik tabulasi ,dengan menyajikan hasil penelitian table-tael distributive frekuensi dengan prosentase untuk masing-masing kelompok.

Alat bantu yang dibutuhkan untuk mengolah data statistic ferkuensi dan prosentase, menggunakan  Uji – Z untuk melihat tingkatan atau kondisi subyek pada variable yang diteliti. Peneliti juga menggunakan penelitian kuantitatif dengan jenis survai karena peneliti mengumpulkan informasi dari anak-anak kelas empat SD.

Untuk membuat kategori pengaruh perkembangan anak dilihat dari aspek media dan lingkungan sekitar :

MT>ME                       : Tingkat stress tergolong rendah
MT<ME                       : Tingkat stress tergolong tinggi


            Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur penyebab stress anak ditinjau  dari  kelas.  Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel  berikut ini :

Sumber
JK
db
RK
F
R2
p
Antar A
469.110
2
234.555
3.082
0.004
0.045
Antar B
903.096
2
451.548
5.934
0.008
0.003
Inter AB
506.244
4
126.561
1.663
0.005
0.155

Keterangan :
A : antar Lokasi Sekolah
B : antar Kelas
p : taraf signifikansi

Hasil Uji-Z secara keseluruhan menunjukkan Mean Teoritis (MT) = 110,  Mean Empiris (ME) = 80.479,  dengan nilai  Z = - 71.705  pada   p = 0,000    (p < 0,01). Karena         nilai MT > ME, berarti rata-rata siswa SD yang menjadi subyek penelitian ini mempunyai tingkat stress yang tergolong rendah.













               


Senin, 24 Oktober 2011

BAB II Landasan Teori

Teori Dasar Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan anak penyebab stress diantaranya adalah salah satu faktor yang dapat menurunkan kualitas hidup seorang anak dalam menyongsong masa depannya. Young sebagaimana disebutkan dalam Latona (2000) menyatakan ada dua penyebab stress pada anak yang berasal dari faktor normatif dan lingkungan. Berkaitan dengan perkembangan sosial anak, anak mempunyai dorongan untuk tumbuh, berkembang dan mengejar ketinggalan dari teman-temannya. Dalam batasan tertentu, media massa, khususnya televisi, mempunyai pengaruh terhadap proses perkembangan sosial anak. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar hidup yang bersifat politis, informatif, hiburan, pendidikan, atau bahkan gabungan dari keempat unsur tersebut (Widiasih, 2008). Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak antara lain: • Media massa, khususnya televisi. Tayangan-tayangan televisi saat ini banyak menayangkan berbagai corak pembunuhan, mistis, kekerasan, seksualitas. • Stress pada anak yang berasal dari lingkungan keluarga dan lingkungan luar keluarga. Faktor penyebab stress dan pengaruh media televisi terhadap perkembangan anak, Young sebagaimana disebutkan dalam Latona (2000) menyatakan ada dua penyebab stres yaitu: a. Faktor normatif, terjadi pada saat anak mengalami perubahan fase perkembangan seperti kebutuhan berkelompok, kebutuhan penyelesaian tugas, perubahan fisiologis, menyukai lawan jenis dan lain-lain. Pada dasarnya faktor normatif ini merupakan bentuk produktif dari kecemasan yang nantinya membantu mereka untuk berkembang dan menjadi mandiri. b. Faktor lingkungan, terjadi karena adanya perubahan-perubahan hidup yang tidak dimengerti dan membingungkan anak. Kejadian-kejadian yang dapat menjadi pencetus adalah: (1) perceraian orang tua. Ketika orang tua bercerai atau bertengkar, anak-anak merasa keamanan mereka terganggu sehingga membuat mereka merasa sendiri dan ketakutan. (2) pindah. Anak-anak yang pindah dari tempat yang sudah familier bagi mereka seringkali membuat mereka merasa tidak aman, bingung dan cemas. Pindah yang dimaksudkan di sini adalah pindah rumah, sekolah, maupun lingkungan bermain. Hal ini disebabkan karena mereka terpisah dari teman-temannya. Selain itu ada beberapa hal yang juga dapat menjadi pencetus yaitu : a. kematian orang tua atau orang yang disayangi. Kematian ini sangat menimbulkan peristiwa traumatik bagi anak terlebih jika merasa penyebab kematian tersebut adalah mereka. b. kegiatan yang berlebihan (baik itu kegiatan sekolah, di luar sekolah atau rumah dan di dalam rumah). c. tekanan-tekanan dari teman-teman sebayanya. Tekanan ini termasuk pelecehan, penyiksaan baik fisik maupun mental dan pengucilan. Mielke mengemukakan bahwa masalah paling mendasar saat ini bukanlah jumlah jam yang dilewatkan si anak untuk menonton televisi, melainkan program-program yang ditonton dan bagaimana para orangtua serta guru memanfaatkan program-program ini untuk sedapat mungkin membantu kegiatan belajar mereka. Orangtua menjadi subyek paling pokok untuk mengatur dan memilih acara-acara televisi yang sifatnya mendidik. Peran orangtua dalam hal mengatur anak untuk menonton televisi adalah kunci awal untuk membendung berbagai program televisi yang tidak mendidik (Muhammad, 2008). Menurut Hidayati ,1998 : • Siaran televisi dapat menumbuhkan keinginan untuk memperoleh pengetahuan. Ini berarti bahwa beberapa anak termotivasi untuk mengikuti apa yang dilihatnya di layar televisi. • Kedua, pengaruh pada cara berbicara. Anak biasanya memperhatikan bukan hanya apa yang diucapkan orang di televisi, bahkan bagaimana cara mengucapkannya. Dari sini anak secara bertahap dapat meningkatkan kemampuan pelafalan dan tata bahasa. • Ketiga, pengaruh pada penambahan kosakata. Banyaknya tambahan kosakata yang dimiliki anak tergantung pada seberapa kemampuan anak dalam mengingat kata baru yang didapatkan, menggunakannya dengan tepat dan mengembangkannya dalam suatu aktivitas kelompok belajar dan diskusi. • Keempat, bahwa televisi berpengaruh pada bentuk permainan. Meskipun menonton televisi mengurangi waktu anak untuk bermain, ide ataupun pelajaran (kreativitas, keterampilan) yang didapat anak dari menonton tersebut menyebabkan ia kaya akan jenis permainan. • Kelima, televisi memberikan berbagai pengetahuan yang tidak dapat diperoleh dari lingkungan sekitar atau orang lain, seperti pengetahuan tentang kehidupan yang luas, keindahan alam, perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat, dan sebagainya (Hidayati, 1998). 2.2 Tinjauan Riset Terdahulu Dari riset terdahulu, saya memiliki pendapat dari beberapa ahli, mengenai faktor penyebab stress dan pengaruh media televisi antara lain: • menurut Sarason dan Sarason (1993) dan Savchenko (2000) anak-anak sangat rawan dengan stres apalagi jika berada di tengah-tengah keluarga yang mengalami stres. • Lachenmeyer dan Gibbs (1982) menekankan bahwa perceraian orang tua dan kematian ibu atau orang yang merawatnya adalah penyebab stres yang utama pada anak-anak. • Menurut Irkham (2008), fungsi televisi dibagi menjadi empat, yaitu (a) sebagai sarana menyampaikan informasi, (b) sebagai sarana pendidikan, (c) sebagai sarana penghibur, (d) sebagai sarana untuk mempengaruhi. • Murray menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya ketertarikan anak pada televisi, di antaranya: usia, jenis kelamin, inteligensi, status sosial ekonomi, prestasi akademik, penerimaan sosial, dan kepribadian. • Dari segi rasa takut, beberapa investigasi menemukan gambaran nyata tentang kekerasan lebih mengganggu dan menakuti para penontonnya secara emosional dibandingkan dengan penggambaran fantasi mengenai agresi, dan efek ini mempengaruhi orang dewasa maupun anak-anak (Donnersten & Smith, 2004). 2.3 Pengembangan Hipotesis Kesimpulan Sementara Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya stres pada anak disebabkan oleh dua hal yaitu karena hal yang bersifat normatif yaitu perubahan yang terjadi pada fase perkembangan dan yang berasal dari lingkungan yang disebabkan karena terjadinya perubahan hidup. Ahli-ahli yang lain yang tersebut di atas mengatakan penyebab stres dari satu segi saja sedangkan Young memberikan kategori yang dapat mencakup semua pendapat dari ahli-ahli sebelumnya. Pengaruh media massa, khususnya televisi dapat memberikan hal-hal positif seperti yang dikatakan oleh Hidayati. Masalah paling mendasar saat ini bukanlah jumlah jam yang dilewatkan si anak untuk menonton televisi, melainkan program-program yang ditonton dan bagaimana para orangtua serta guru memanfaatkan program-program ini untuk sedapat mungkin membantu kegiatan belajar mereka. Hipotesis Bahwa pengaruh perkembangan anak dipengaruhi oleh penyebab stress yang disebabkan oleh faktor normatif dan lingkungan. Disamping itu media massa khususnya televisi juga berpengaruh dalam perkembangan anak karena televisi merupakan sarana informasi, pengetahuan , pendidikan dan hiburan. Sehingga anak sangat mudah terpengaruh oleh tayangan dari media tersebut.

Tugas Analisis Jurnal BAB I

BAB I PERKEMBANGAN ANAK DILIHAT DARI ASPEK MEDIA DAN LINGKUNGAN SEKITAR Tema: Psikologi Perkembangan Anak Latar Belakang Di zaman yang serba canggih dan modern saat ini, banyak faktor yang dapat mengganggu perkembangan dan masa depan anak. Beberapa diantaranya emosi anak pada saat ia tertekan , dan perilaku stres dalam menghadapi masalah yang dihadapinya merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku anak dapat berasal dari berbagai sumber, diantaranya lingkungan dalam keluarga dan lingkungan luar keluarga. Pemetaan penyebab stress pada orang dewasa sudah dilakukan oleh Holmes and Rahe dalam Social Readjustment Rating Scale (Lazarus, 1976). Pada orang dewasa urutan stressor menurut rating ini adalah kematian pasangan hidup menempati urutan yang pertama, diikuti dengan perceraian dan kehidupan perkawinan yang terpisah sampai akhirnya kondisi yang berhubungan dengan hukum akibat kejahatan ringan. Hasil Penelitian Hasil yang diperoleh dari ANAVA-2 Jalur menunjukkan ada perbedaan yang cukup signifikan urutan indikator penyebab stress anak ditinjau dari lokasi sekolah dan perbedaan yang sangat signifikan urutan indikator penyebab stress anak ditinjau dari kelas. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel. 1. Hasil Anava - 2 Jalur Sumber JK db RK F R2 p Antar A 469.110 2 234.555 3.082 0.004 0.045 Antar B 903.096 2 451.548 5.934 0.008 0.003 Inter AB 506.244 4 126.561 1.663 0.005 0.155 Keterangan : A : antar Lokasi Sekolah B : antar Kelas p : taraf signifikansi Hasil Uji-Z secara keseluruhan menunjukkan Mean Teoritis (MT) = 110, Mean Empiris (ME) = 80.479, dengan nilai Z = - 71.705 pada p = 0,000 (p < 0,01). Karena nilai MT > ME, berarti rata-rata siswa SD yang menjadi subyek penelitian ini mempunyai tingkat stress yang tergolong rendah. Demikian juga hasil Uji-Z antar lokasi sekolah dan kelas menunjukkan bahwa MT > ME, sehingga dapat dikatakan bahwa rata-rata siswa SD baik dari lokasi sekolah bawah, menengah dan atas; maupun siswa kelas IV, V dan VI mempunyai tingkat stress yang tergolong rendah. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel. 2. Hasil Uji-Z berdasarkan Lokasi Sekolah LOKASI SEKOLAH BAWAH MENENGAH ATAS MT ME Nilai Z p MT ME Nilai Z p MT ME Nilai Z p 110 80.852 - 71.772 0.000 110 80.924 - 73.654 0.000 110 79.692 - 76.754 0.000 Tabel. 3. Hasil Uji-Z berdasarkan Kelas KELAS IV V VI MT ME Nilai Z p MT ME Nilai Z p MT ME Nilai Z p 110 79.389 - 71.577 0.000 110 80.643 - 72.599 0.000 110 81.310 - 78.956 0.000 Keterangan : MT = Mean Teoritis ME = Mean Empiris p = Taraf Signifikansi Berdasarkan hasil statistik Deskriptif ditemukan 2 (dua) indikator utama penyebab stress pada anak yaitu perceraian orang tua dan kehilangan orang yang disayangi. Hasil Statistik Deskriptif selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : Hasil Statistik Deskriptif – Perbandingan Urutan Faktor dan Indikator penyebab stress pada anak. NO NAMA INDIKATOR UMUM FAKTOR LOKASI SEKOLAH KELAS N = 1450 N = 1450 BAWAH MENENGAH ATAS IV V VI N = 465 N = 489 N = 496 N = 457 N = 490 N = 503 A. FAKTOR NORMATIF 1 Kebutuhan Berkelompok V II VI VI VII VI VI VI 2 Kebutuhan Penyelesaian Tugas XI IV IV V V V V V 3 Perubahan Fisiologis IV I V IV III IV IV IV 4 Menyukai Lawan Jenis VIII III XI XI VI IX IX VIII B. FAKTOR LINGKUNGAN 5 Perceraian Orang Tua I I I I I I I I 6 Kehilangan Orang yang Disayangi II II II II II II II II 7 Perpindahan Tempat Tinggal X VII X X XI XI X X 8 Perpindahan Sekolah IX VI IX IX X X XI IX 9 Perpindahan Lingkungan Bermain III III III III IV III III III 10 Tuntutan Orang Tua VII V VII VIII IX VIII VIII VII 11 Tekanan Teman Sebaya VI IV VIII VII VIII VII VII XI Statistik Deskriptif menghasilkan prosentase masing-masing indicator baik secara umum maupun berdasarkan lokasi sekolah dan kelas sehingga dapat dapat ditentukan urutan indikatornya. Berdasarkan analisis data secara umum tanpa memperhatikan faktor (nor-mative dan lingkungan), lokasi sekolah (atas, menengah, dan bawah) maupun kelas (empat, lima dan enam SD), diperoleh hasil perceraian orangtua secara umum merupakan penyebab stress anak tertinggi (9,5 %). Hal ini dikarenakan, menurut Young ada perubahan-perubahan hidup yang tidak dimengerti dan membingungkan anak. Kejadian-kejadian yang dapat menjadi pencetusnya antara lain adalah perceraian orang tua. Ketika orang tua bercerai atau bertengkar, anak-anak merasa keamanan mereka terganggu sehingga mem-buat mereka merasa sendiri dan ketakutan. Pendapat di atas diperkuat oleh Carr (2006), yang mengatakan bahwa perceraian orang tua dan kematian ibu atau orang yang merawatnya ada-lah penyebab stres yang utama pada anak-anak. Perpindahan lingkungan bermain, merupakan indikator penyebab stres urutan ketiga secara umum (7,5%), Hal ini dikarenakan anak-anak usia ini berada pada fase berkelompok, jadi pemisahan anak dengan kelompok atau teman-teman sebaya merupakan tekanan baginya (Smidt, 2006). Perubahan fisiologis merupakan penyebab stress urutan keempat (6,99%), Anak-anak subyek penelitian ini tergolong pada tahap perkembangan akhir masa kanak-kanak (middle childhood), dengan rentang usia 6-12 tahun. . Pada usia 6 sampai 10 tahun, perkembangan biofisiknya mengalami masa stabil tidak seperti masa se-belumnya (usia 0 sampai 6 tahun), dan pada usia 10 sampai 12 tahun, saat mema-suki masa prepubertas, perubahan-perubahan biofisik akan dirasakan kembali te-rutama pada organ-organ seksual (Berk, 2000). Kebutuhan berkelompok merupakan penyebab stress urutan kelima (6,4%). Anak-anak ini berada pada fase berkelompok, jadi pemisahan anak dengan kelompok atau teman-teman sebayanya merupakan indikator penyebab stress baginya (Harris & Butterworth, 2004). Tekanan teman sebaya merupakan penyebab stress urutan keenam (6,1%). Hal ini dikarenakan menurut Young, untuk kelom-pok anak usia sekolah ini, terutama untuk anak yang tergolong masa kanak-kanak akhir (kelas 4-6 SD) yang akan mengakhiri tahap perkembangan akhir masa kanak-kanak, adalah kegiatan yang berlebihan dan tekanan yang berasal dari teman sebayanya. Tuntutan orangtua merupakan penyebab stress urutan ke-tujuh (6%), Hal ini dikarenakan apabila tuntutan orangtua menyebabkan terjadi-nya pemisahan anak dengan kelompoknya, ini merupakan hal yang menimbulkan ketegangan dan perasaaan tidak nyaman (Latona, 2000). Menyukai lawan jenis, merupakan penyebab stress urutan kedelapan (5,78%). Seiring bertambahnya usia anak, sampailah pada fase anak-anak akhir yang ditandai dengan siap berfungsinya organ-organ seksual yang berdampak tertarik kepada lawan jenisnya. Kondisi ini apabila tidak dibarengi dengan keberanian dan kepercayaan diri berakibat anak menjadi malu, rendah diri dan cemas. Indikator perpindahan sekolah merupakan penyebab stress urutan kesembilan (5,8%). Anak-anak yang pindah dari tempat yang sudah familier dalam hal ini sekolah (yang pada anak kelas 4-6 SD sudah mempunyai banyak teman), bagi mereka seringkali membuat mereka merasa tidak aman, bingung dan cemas. Indikator perpindahan tempat tinggal merupakan penyebab stress urutan kese-puluh (5,7%). Sebagaimana pada indicator perpindahan sekolah di atas, anak-anak yang pindah dari tempat yang sudah familier dalam hal ini tempat tinggal, bagi mereka seringkali membuat mereka merasa tidak aman, bingung dan cemas. Indikator kebutuhan penyelesaian tugas merupakan penyebab stress urutan kesebelas (5,3%). Kebutuhan penyelesaian tugas ini dapat dikaitkan dengan anak mulai belajar bertanggungjawab dan mulai belajar untuk menerima konsekuensi baik yang bersifat positif maupun negatif berkenaan dengan penyelesaian tugas. Pada usia ini, anak mulai dinilai apakah mereka mampu atau tidak dalam penye-lesaian tugas. Hal inilah yang menyebabkan anak menjadi stress. Berkaitan dengan perkembangan sosial anak, anak mempunyai dorongan untuk tumbuh, berkembang dan mengejar ketinggalan dari teman-temannya. Dalam batasan tertentu, media massa, khususnya televisi, mempunyai pengaruh terhadap proses perkembangan sosial anak. Pengaruh siaran televisi terhadap perkembangan anak menurut (Hidayati, 1998): • dapat menumbuhkan keinginan untuk memperoleh pengetahuan • anak secara bertahap dapat meningkatkan kemampuan pelafalan dan tata bahasa • Dapat menambah kosakata pada anak • memberikan berbagai pengetahuan yang tidak dapat diperoleh dari lingkungan sekitar atau orang lain Gambaran umum subyek berdasarkan perasaan saat menonton tayangan TV favourite Berdasarkan kategori perasaan saat menonton tayangan TV favourite, subyek terbanyak memiliki perasaan gembira, senang, yaitu sebanyak 167 orang (69.9%). Tabel 15 Karakteristik subyek berdasarkan perasaan saat menonton tayangan TV favourite Perasaan saat menonton tayangan TV favourite Frekuensi Persentase Gembira, senang 167 69.9 Bersemangat, antusias 20 8.4 Merasa kamu sama seperti tokoh-tokoh di dalamnya Berusaha untuk mengingat kata-kata di dalamnya 21 31 8.8 13.0 Jumlah 239 100 Gambaran umum subyek berdasarkan perasaan ketika tayangan TV favourite tidak diputar Berdasarkan kategori perasaan ketika tayangan TV favourite tidak diputar, subyek terbanyak memiliki perasaan biasa saja, dan mencari tayangan TV lain, yaitu sebanyak 94 orang (39.3%). Tabel 16 Karakteristik subyek berdasarkan perasaan ketika tayangan TV favourite tidak diputar Perasaan saat tayangan TV favourite tidak diputar Frekuensi Persentase Kesal 79 33.1 Marah (melampiaskan pada orang di sekeliling) 9 3.8 Biasa saja, dan mencari tayangan TV lain 94 39.3 Biasa saja, dan mencari aktivitas lain selain menonton TV 57 23.8 Jumlah 239 100 Bimbingan Media Orangtua Bimbingan media orangtua ialah suatu cara komunikasi orangtua kepada anak-anak mereka dengan membatasi penggunaan media oleh anak mereka. Bybee, Robinson, dan Turow secara lebih jauh menekuni gagasan mereka dengan meluncurkan jawaban analisis faktor Orangtua pada 14 pertanyaan yang berhadapan dengan berbagai tipe yang berbeda dari bimbingan orangtua. Tipe-tipe tersebut antara lain restrictive, evaluative, dan unfocused (Bulck & Bergh, 2000). Bimbingan restrictive terjadi ketika orangtua membatasi atau melarang apa yang anak-anak mereka lihat. Bimbingan evaluative terjadi ketika orangtua berperan mendiskusikan apa yang anak-anak mereka saksikan dalam televisi, dengan cara memberitahu apa yang dilakukan oleh tokoh dalam film yang mereka tonton Bimbingan unfocused ialah bimbingan yang melibatkan orangtua untuk duduk bersama dengan anak-anak mereka ketika menonton televisi, secara positif mendukung beberapa perilaku atau mendiskusikan apa yang anak-anak mereka telah saksikan. Berdasarkan kategori pola bimbingan media orangtua, subyek terbanyak memiliki pola bimbingan media orangtua restrictive yaitu sebanyak 98 orang (41.0%). Tabel 3 Karakteristik subyek berdasarkan pola bimbingan media orangtua Pola bimbingan media orangtua Frekuensi Persentase Restrictive 98 41.0 Evaluative 56 23.4 Unfocused 85 35.6 Jumlah 239 100 Berdasarkan hasil penelitian bimbingan media orangtua, para orangtua di berbagai sekolah di, Jakarta, anak-anak mempersepsikan orangtua mereka paling banyak menggunakan pola bimbingan restrictive (41%). Urutan kedua ditempati oleh bimbingan unfocused (23.4%). Urutan ketiga setelah bimbingan unfocused, ialah evaluative (35.6%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh : Yohanes (Juni,2008) Motivasi: Dengan maraknya pengaruh negatif tayangan televisi yang banyak ditonton anak-anak, yang menyita begitu banyak waktu anak-anak dibandingkan dengan aktivitas-aktivitas di luar sekolah, dan juga pola bimbingan media yang dilakukan orangtua maka penulis ingin mensurvei persepsi anak tentang film kekerasan di televisi dan bimbingan media orangtua. Rekomondasi Pada penelitian ini, penulis hanya meneliti persepsi anak-anak dalam tayangan kekerasan pada program Film di Televisi dan Bimbingan Media Orangtua. Penelitian lain dapat memperluas variabel penelitian tidak hanya pada televisi, melainkan dapat juga meneliti video games, dan buku-buku bacaan yang juga mencemaskan bagi anak-anak pada saat ini. Penelitian juga dapat dilakukan di sekolah lain selain sekolah-sekolah SD di Jakarta. Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat menggunakan landasan teori yang diperbaharui. DRA. I Gusti Ayu Agung Noviekayati, Msi. DRS. Suroso,MS ( Agustus,2010) Motivasi Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk membuat pemetaan penyebab stress pada anak. Pemetaan penyebab stress pada orang dewasa sudah dilakukan oleh Holmes and Rahe dalam Social Readjustment Rating Scale (Lazarus, 1976). Pada orang dewasa urutan stressor menurut rating ini adalah kematian pasangan hidup menempati urutan yang pertama, diikuti dengan perceraian dan kehidupan perkawinan yang terpisah sampai akhirnya kondisi yang berhubungan dengan hukum akibat kejahatan ringan. Rekomondasi Pada penelitian ini, penulis hanya meneliti Sekolah Dasar di Wilayah Surabaya yang terdiri dari siswa kelas 4, 5 dan 6. Penelitian lain dapat memperluas variabel tidak hanya pada Sekolah Dasar, melainkan dapat juga meneliti siswa SMP dan SMA yang juga mempunyai masalah sehingga dapat menimbulkan stres baik dalam lingkungan keluarga maupun luar lingkungan keluarga. Masalah : • Apakah ada perbedaan yang cukup signifikan urutan indikator penyebab stress anak ditinjau dari lingkungan dalam keluarga dan lingkungan luar keluarga • Bagaimanakah persepsi anak-anak terhadap tayangan kekerasan pada tayangan film anak-anak berbagai sekolah di Jakarta? • Bagaimanakah pola bimbingan orangtua dalam mengatur keterlibatan anak-anak dalam tayangan film anak-anak? Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk memetakan penyebab stress pada anak. Banyak faktor yang menyebabkan anak-anak menjadi stress diantaranya adalah dari lingkungan dalam keluarga dan lingkungan luar keluarga. Selain itu,untuk menggambarkan bagaimana persepsi anak-anak dalam tayangan kekerasan pada program film ditelevisi dan bimbingan media orang tua. Daftar Pustaka: Yohanes (Juni,2008) DRA. I Gusti Ayu Agung Noviekayati, Msi. DRS. Suroso,MS ( Agustus,2010)

Rabu, 12 Oktober 2011

Perilaku Konsumen dalam Menciptakan Iklan yang Efektif

Pentingnya Perilaku Konsumen dalam Menciptakan Iklan yang Efektif


ABSTRAK
Periklanan merupakan salah satu tahap dalam pemasaran. Tanpa periklanan, berbagai produk tidak akan dapat mengalir ke para distributor atau penjual apalagi ke konsumen. Perilaku konsumen semakin lama semakin beraneka ragam, dipengaruhi beberapa faktor. Untuk menciptakan iklan yang efektif diperlukan riset perilaku konsumen yang didasarkan pada faktor budaya, sosial, pribadi serta psikologis
Kata kunci: periklanan, perilaku konsumen.
ABSTRACT
Advertising is one of the stages is marketing. Without advertising, many products would not reach through to the distributors or sellers, moreover the consumers. Consumer behavior has increasingly become more varied, and influenced by a number of factors. To create an effective ad, one needs to research consumer behavior based on aspects of culture, society, personality, and psychology.
Keywords: advertising, consumer behavior.
PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan teknologi, mulai bermunculan produk-produk baru. Persaingan semakin seru, masuknya pendatang baru membawa angin segar dalam kompetisi produk. Ketika pengiklan dihadapkan dengan kenyataan yang ada, salah satu cara yang paling tepat adalah melakukan riset perilaku konsumen untuk menciptakan iklan yang efektif.
Tujuan periklanan adalah membujuk konsumen untuk melakukan sesuatu, biasanya untuk membeli sebuah produk. Agar periklanan dapat menarik dan berkomunikasi dengan khalayaknya dalam cara tertentu sehingga membuahkan hasil yang diinginkan, para pengiklan pertama-tama harus memahami khalayak mereka. Mereka harus mengakrabkan diri dengan cara berpikir konsumen dengan faktor-faktor yang memotivasi mereka dengan lingkungan dimana mereka hidup.
Kebutuhan dan keinginan para konsumen terus berubah. Agar berhasil, para pemasar perlu bersungguh-sungguh berupaya untuk menentukan kebutuhan konsumen mereka sekarang. Perilaku konsumen menjadi dasar yang amat penting dalam pemasaran dan periklanan. Riset konstan terhadap perilaku konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian sangatlah penting
KONSEP PERILAKU KONSUMEN
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”. Penertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
Selain itu perilku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah: “Consumer behavior may be defined as the decision process and physical activity individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.
Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai: “the various facets of the decision of the decision process by which customers come to purchase and consume a product”. Dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
MODEL PERILAKU KONSUMEN
Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli.
Pertanyaan sentral bagi pemasar: Bagaimana konsumen memberikan respon terhadap berbagai usaha pemasaran yang dilancarkan perusahaan? Perusahaan benar-benar memahami bagaimana konsumen akan memberi responterhadap sifat-sifat produk, harga dan daya tarik iklan yang berbeda mempunyai keunggulan besar atas pesaing.
Strategi pemasaran, khususnya yang dikembangkan dan diterapkan oleh perusahaan yang berhasil, memiliki kekuatan besar terhadap konsumen dan masyarakat luas. Strategi pemasaran bukan hanya disesuaikan dengan konsumen, tetapi juga mengubah apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh konsumen tentang diri mereka sendiri, tentang berbagai macam tawaran pasar, serta tentang situasi yang tepat untuk pembelian dan penggunaan produk. Ini tidak berarti pemasaran adalah kegiatan yang tidak tepat atau tidak etis.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN
Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (1996) keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli.
Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya.
Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar sering kali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.

(Sumber: Majalah Cakram November 2004)
Gambar 1. Iklan Televisi dengan Pendekatan Sub Budaya
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
Faktor Sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga serta peranan dan status sosial konsumen. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil. Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung. Definisi kelompok adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran individu atau bersama.
Keluarga dapat pempengaruhi perilaku pembelian. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Keputusan pembelian keluarga, tergantung pada produk, iklan dan situasi.
Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya-keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat.
Faktor Pribadi
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahapan daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli.
Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis. Orang- orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya.
Pekerjaan mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu.
Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pemilihan produk. Situasi ekonomi seseorang terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan polanya), tabungan dan hartanya (termasuk presentase yang mudah dijadikan uang).

(Sumber: Koran Jawa Post 11 September 2005)
Gambar 2. Iklan Cetak dengan Pendekatan Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan “seseorang secara keseluruhan” yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang.
Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berada dari setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten. Kepribadian dapat merupakan suatu variabel yang sangaat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen. Bila jenis-jenis kepribadian dapat diklasifikasikan dan memiliki korelasi yang kuat antara jenis-jenis kepribadian tersebut dengan berbagai pilihan produk atau merek.
Faktor Psikologis
Pemilihan barang yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh empat faktor psikologis, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan serta kepercayaan.
Motivasi merupakan kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang mencari cara untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Beberapa kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain bersifat psikogenik yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisologis tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima.
Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda-beda dari objek yang sama karena adanya tiga
proses persepsi:
• Perhatian yang selektif
• Gangguan yang selektif
• Mengingat kembali yang selektif
Pembelajaran menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sedang kepercayaan merupakan suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
SIMPULAN
Keinginan dan kebutuhan para konsumen terus-menerus berubah. Seandainya para pengiklan berharap dapat menarik dan berkomunikasi dengan khalayak, mereka harus mengakrabkan diri dengan cara berpikir para konsumen dengan faktor-faktor yang memotivasi mereka, dan dengan lingkungan dimana mereka hidup. Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh berbagai faktor pribadi dan psikologis yang mempengaruhi keputusan pembelian.. Dalam menciptakan iklan yang efektif perlu memperhatikan perilaku konsumen yang hendak dituju. Pengiklan harus mengetahui karakterisik konsumen, karena tujuan dari periklanan itu sendiri untuk membujuk konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk atau jasa. Karena itulah riset perilaku konsumen yang didasarkan pada faktor budaya, sosial, pribadi serta psikologis menjadi faktor yang sangat penting dalam menganalisis kebutuhan dan karakteristik pembelian konsumen.
KEPUSTAKAAN
Brannan, Tom, Integrates Marketing Communications, Terj. Slamet, Jakarta: Penerbit PPM, 2004.
Goodman, Allison, The 7 Essentials of Graphic Design, Ohio: HOW Digign Books, 2001.
Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran, Terj. Hendra Teguh dan Ronny A. Rusli, Jakarta: Prenhallindo, 1998.
Kotler, Philip dan Gary Armstong, Dasar-dasar Pemasaran, Terj. Alexander Sindoro, Jakarta: Prenhallindo, 1997.
Lee, Monle dan Carla Jhonson, Periklanan dalam Prespektif Global, Terj. Haris Munandar dan Dudy Priatna, Jakarta: Prenada Media, 2004.
Setiadi, Nugroho J., Perilaku Konsumen, Jakarta: Prenada Media, 2003.
Sutherland, Max dan Alice K. Sylvester, Advertising and the Mind of the Consumer, Terj. Andreas Haryono dan Slamet, Jakarta: Penerbit PPM, 2004.
Suyanto, M., Aplikasi Desain Grafis untuk Periklanan, Yogyakarta: Andi Offset, 2004.
Wibowo, Wahyu, Sihir Iklan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003.





Sumber:
Ani Wijayanti Suhartono
November 2009

Senin, 10 Oktober 2011

Analisis Perkembangan Anak Dilihat dari Aspek Media dan Lingkungan Sekitar

PERKEMBANGAN ANAK DILIHAT DARI ASPEK MEDIA DAN LINGKUNGAN SEKITAR
Tema: Psikologi Perkembangan Anak

Latar Belakang
Pelampiasan emosi anak pada saat tertekan dewasa ini cenderung mudah ditampilkan tanpa anak mengetahui konsekuensi dari perbuatannya yang dapat mengganggu perkembangan masa depan mereka. Perilaku ini merupakan manifestasi perilaku stres pada anak-anak dalam menghadapi kejadian dan permasalahan yang ada disekitarnya. Perilaku stress pada anak berasal dari berbagai sumber diantaranya lingkungan dalam keluarga dan lingkungan luar keluarga.
Pemetaan penyebab stress pada orang dewasa sudah dilakukan oleh Holmes and Rahe dalam Social Readjustment Rating Scale (Lazarus, 1976). Pada orang dewasa urutan stressor menurut rating ini adalah kematian pasangan hidup menempati urutan yang pertama, diikuti dengan perceraian dan kehidupan perkawinan yang terpisah sampai akhirnya kondisi yang berhubungan dengan hukum akibat kejahatan ringan.
Hasil Penelitian
Hasil yang diperoleh dari ANAVA-2 Jalur menunjukkan ada perbedaan yang cukup signifikan urutan indikator penyebab stress anak ditinjau dari lokasi sekolah dan perbedaan yang sangat signifikan urutan indikator penyebab stress anak ditinjau dari kelas. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel. 1. Hasil Anava - 2 Jalur

Sumber JK db RK F R2 p
Antar A 469.110 2 234.555 3.082 0.004 0.045
Antar B 903.096 2 451.548 5.934 0.008 0.003
Inter AB 506.244 4 126.561 1.663 0.005 0.155

Keterangan :
A : antar Lokasi Sekolah
B : antar Kelas
p : taraf signifikansi

Hasil Uji-Z secara keseluruhan menunjukkan Mean Teoritis (MT) = 110, Mean Empiris (ME) = 80.479, dengan nilai Z = - 71.705 pada p = 0,000 (p < 0,01). Karena nilai MT > ME, berarti rata-rata siswa SD yang menjadi subyek penelitian ini mempunyai tingkat stress yang tergolong rendah. Demikian juga hasil Uji-Z antar lokasi sekolah dan kelas menunjukkan bahwa MT > ME, sehingga dapat dikatakan bahwa rata-rata siswa SD baik dari lokasi sekolah bawah, menengah dan atas; maupun siswa kelas IV, V dan VI mempunyai tingkat stress yang tergolong rendah. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel. 2. Hasil Uji-Z berdasarkan Lokasi Sekolah

LOKASI SEKOLAH
BAWAH MENENGAH ATAS
MT ME Nilai Z p MT ME Nilai Z p MT ME Nilai Z p
110 80.852 - 71.772 0.000 110 80.924 - 73.654 0.000 110 79.692 - 76.754 0.000



Tabel. 3. Hasil Uji-Z berdasarkan Kelas

KELAS
IV V VI
MT ME Nilai Z p MT ME Nilai Z p MT ME Nilai Z p
110 79.389 - 71.577 0.000 110 80.643 - 72.599 0.000 110 81.310 - 78.956 0.000


Keterangan :

MT = Mean Teoritis
ME = Mean Empiris
p = Taraf Signifikansi

Berdasarkan hasil statistik Deskriptif ditemukan 2 (dua) indikator utama penyebab stress pada anak yaitu perceraian orang tua dan kehilangan orang yang disayangi. Hasil Statistik Deskriptif selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Hasil Statistik Deskriptif – Perbandingan Urutan Faktor dan Indikator penyebab stress pada anak.
NO NAMA INDIKATOR UMUM FAKTOR LOKASI SEKOLAH KELAS
N = 1450 N = 1450 BAWAH MENENGAH ATAS IV V VI
N = 465 N = 489 N = 496 N = 457 N = 490 N = 503
A. FAKTOR NORMATIF
1 Kebutuhan Berkelompok V II VI VI VII VI VI VI
2 Kebutuhan Penyelesaian Tugas XI IV IV V V V V V
3 Perubahan Fisiologis IV I V IV III IV IV IV
4 Menyukai Lawan Jenis VIII III XI XI VI IX IX VIII

B. FAKTOR LINGKUNGAN
5 Perceraian Orang Tua I I I I I I I I
6 Kehilangan Orang yang Disayangi II II II II II II II II
7 Perpindahan Tempat Tinggal X VII X X XI XI X X
8 Perpindahan Sekolah IX VI IX IX X X XI IX
9 Perpindahan Lingkungan Bermain III III III III IV III III III
10 Tuntutan Orang Tua VII V VII VIII IX VIII VIII VII
11 Tekanan Teman Sebaya VI IV VIII VII VIII VII VII XI

Statistik Deskriptif menghasilkan prosentase masing-masing indicator baik secara umum maupun berdasarkan lokasi sekolah dan kelas sehingga dapat dapat ditentukan urutan indikatornya.
Berdasarkan analisis data secara umum tanpa memperhatikan faktor (nor-mative dan lingkungan), lokasi sekolah (atas, menengah, dan bawah) maupun kelas (empat, lima dan enam SD), diperoleh hasil perceraian orangtua secara umum merupakan penyebab stress anak tertinggi (9,5 %).

Hal ini dikarenakan, menurut Young ada perubahan-perubahan hidup yang tidak dimengerti dan membingungkan anak. Kejadian-kejadian yang dapat menjadi pencetusnya antara lain adalah perceraian orang tua. Ketika orang tua bercerai atau bertengkar, anak-anak merasa keamanan mereka terganggu sehingga mem-buat mereka merasa sendiri dan ketakutan.

Pendapat di atas diperkuat oleh Carr (2006), yang mengatakan bahwa perceraian orang tua dan kematian ibu atau orang yang merawatnya ada-lah penyebab stres yang utama pada anak-anak.

Perpindahan lingkungan bermain, merupakan indikator penyebab stres urutan ketiga secara umum (7,5%), Hal ini dikarenakan anak-anak usia ini berada pada fase berkelompok, jadi pemisahan anak dengan kelompok atau teman-teman sebaya merupakan tekanan baginya (Smidt, 2006).

Perubahan fisiologis merupakan penyebab stress urutan keempat (6,99%), Anak-anak subyek penelitian ini tergolong pada tahap perkembangan akhir masa kanak-kanak (middle childhood), dengan rentang usia 6-12 tahun. . Pada usia 6 sampai 10 tahun, perkembangan biofisiknya mengalami masa stabil tidak seperti masa se-belumnya (usia 0 sampai 6 tahun), dan pada usia 10 sampai 12 tahun, saat mema-suki masa prepubertas, perubahan-perubahan biofisik akan dirasakan kembali te-rutama pada organ-organ seksual (Berk, 2000).
Kebutuhan berkelompok merupakan penyebab stress urutan kelima (6,4%). Anak-anak ini berada pada fase berkelompok, jadi pemisahan anak dengan kelompok atau teman-teman sebayanya merupakan indikator penyebab stress baginya (Harris & Butterworth, 2004).

Tekanan teman sebaya merupakan penyebab stress urutan keenam (6,1%). Hal ini dikarenakan menurut Young, untuk kelom-pok anak usia sekolah ini, terutama untuk anak yang tergolong masa kanak-kanak akhir (kelas 4-6 SD) yang akan mengakhiri tahap perkembangan akhir masa kanak-kanak, adalah kegiatan yang berlebihan dan tekanan yang berasal dari teman sebayanya.
Tuntutan orangtua merupakan penyebab stress urutan ke-tujuh (6%), Hal ini dikarenakan apabila tuntutan orangtua menyebabkan terjadi-nya pemisahan anak dengan kelompoknya, ini merupakan hal yang menimbulkan ketegangan dan perasaaan tidak nyaman (Latona, 2000).

Menyukai lawan jenis, merupakan penyebab stress urutan kedelapan (5,78%). Seiring bertambahnya usia anak, sampailah pada fase anak-anak akhir yang ditandai dengan siap berfungsinya organ-organ seksual yang berdampak tertarik kepada lawan jenisnya. Kondisi ini apabila tidak dibarengi dengan keberanian dan kepercayaan diri berakibat anak menjadi malu, rendah diri dan cemas.
Indikator perpindahan sekolah merupakan penyebab stress urutan kesembilan (5,8%). Anak-anak yang pindah dari tempat yang sudah familier dalam hal ini sekolah (yang pada anak kelas 4-6 SD sudah mempunyai banyak teman), bagi mereka seringkali membuat mereka merasa tidak aman, bingung dan cemas.
Indikator perpindahan tempat tinggal merupakan penyebab stress urutan kese-puluh (5,7%). Sebagaimana pada indicator perpindahan sekolah di atas, anak-anak yang pindah dari tempat yang sudah familier dalam hal ini tempat tinggal, bagi mereka seringkali membuat mereka merasa tidak aman, bingung dan cemas.
Indikator kebutuhan penyelesaian tugas merupakan penyebab stress urutan kesebelas (5,3%). Kebutuhan penyelesaian tugas ini dapat dikaitkan dengan anak mulai belajar bertanggungjawab dan mulai belajar untuk menerima konsekuensi baik yang bersifat positif maupun negatif berkenaan dengan penyelesaian tugas. Pada usia ini, anak mulai dinilai apakah mereka mampu atau tidak dalam penye-lesaian tugas. Hal inilah yang menyebabkan anak menjadi stress.

Berkaitan dengan perkembangan sosial anak, anak mempunyai dorongan untuk tumbuh, berkembang dan mengejar ketinggalan dari teman-temannya. Dalam batasan tertentu, media massa, khususnya televisi, mempunyai pengaruh terhadap proses perkembangan sosial anak.
Pengaruh siaran televisi terhadap perkembangan anak menurut (Hidayati, 1998):
• dapat menumbuhkan keinginan untuk memperoleh pengetahuan
• anak secara bertahap dapat meningkatkan kemampuan pelafalan dan tata bahasa
• Dapat menambah kosakata pada anak
• memberikan berbagai pengetahuan yang tidak dapat diperoleh dari lingkungan sekitar atau orang lain
Gambaran umum subyek berdasarkan perasaan saat menonton tayangan TV favourite
Berdasarkan kategori perasaan saat menonton tayangan TV favourite, subyek terbanyak memiliki perasaan gembira, senang, yaitu sebanyak 167 orang (69.9%).
Tabel 15
Karakteristik subyek berdasarkan perasaan saat menonton tayangan TV favourite
Perasaan saat menonton tayangan TV favourite Frekuensi Persentase
Gembira, senang 167 69.9
Bersemangat, antusias 20 8.4
Merasa kamu sama seperti tokoh-tokoh di dalamnya
Berusaha untuk mengingat kata-kata di dalamnya 21


31 8.8


13.0
Jumlah 239 100

Gambaran umum subyek berdasarkan perasaan ketika tayangan TV favourite tidak diputar
Berdasarkan kategori perasaan ketika tayangan TV favourite tidak diputar, subyek terbanyak memiliki perasaan biasa saja, dan mencari tayangan TV lain, yaitu sebanyak 94 orang (39.3%).
Tabel 16
Karakteristik subyek berdasarkan perasaan ketika tayangan TV favourite tidak diputar
Perasaan saat tayangan TV favourite tidak diputar Frekuensi Persentase
Kesal 79 33.1
Marah (melampiaskan pada orang di sekeliling) 9 3.8
Biasa saja, dan mencari tayangan TV lain 94 39.3
Biasa saja, dan mencari aktivitas lain selain menonton TV 57 23.8
Jumlah 239 100

Bimbingan Media Orangtua
Bimbingan media orangtua ialah suatu cara komunikasi orangtua kepada anak-anak mereka dengan membatasi penggunaan media oleh anak mereka. Bybee, Robinson, dan Turow secara lebih jauh menekuni gagasan mereka dengan meluncurkan jawaban analisis faktor Orangtua pada 14 pertanyaan yang berhadapan dengan berbagai tipe yang berbeda dari bimbingan orangtua. Tipe-tipe tersebut antara lain restrictive, evaluative, dan unfocused (Bulck & Bergh, 2000).

Bimbingan restrictive terjadi ketika orangtua membatasi atau melarang apa yang anak-anak mereka lihat.
Bimbingan evaluative terjadi ketika orangtua berperan mendiskusikan apa yang anak-anak mereka saksikan dalam televisi, dengan cara memberitahu apa yang dilakukan oleh tokoh dalam film yang mereka tonton
Bimbingan unfocused ialah bimbingan yang melibatkan orangtua untuk duduk bersama dengan anak-anak mereka ketika menonton televisi, secara positif mendukung beberapa perilaku atau mendiskusikan apa yang anak-anak mereka telah saksikan.
Berdasarkan kategori pola bimbingan media orangtua, subyek terbanyak memiliki pola bimbingan media orangtua restrictive yaitu sebanyak 98 orang (41.0%).

Tabel 3
Karakteristik subyek berdasarkan pola bimbingan media orangtua
Pola bimbingan media orangtua Frekuensi Persentase
Restrictive 98 41.0
Evaluative 56 23.4
Unfocused 85 35.6
Jumlah 239 100

Berdasarkan hasil penelitian bimbingan media orangtua, para orangtua di berbagai sekolah di, Jakarta, anak-anak mempersepsikan orangtua mereka paling banyak menggunakan pola bimbingan restrictive (41%). Urutan kedua ditempati oleh bimbingan unfocused (23.4%). Urutan ketiga setelah bimbingan unfocused, ialah evaluative (35.6%).





Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh :
Yohanes (Juni,2008)
Motivasi:
Dengan maraknya pengaruh negatif tayangan televisi yang banyak ditonton anak-anak, yang menyita begitu banyak waktu anak-anak dibandingkan dengan aktivitas-aktivitas di luar sekolah, dan juga pola bimbingan media yang dilakukan orangtua maka penulis ingin mensurvei persepsi anak tentang film kekerasan di televisi dan bimbingan media orangtua.
Rekomondasi
Pada penelitian ini, penulis hanya meneliti persepsi anak-anak dalam tayangan kekerasan pada program Film di Televisi dan Bimbingan Media Orangtua. Penelitian lain dapat memperluas variabel penelitian tidak hanya pada televisi, melainkan dapat juga meneliti video games, dan buku-buku bacaan yang juga mencemaskan bagi anak-anak pada saat ini. Penelitian juga dapat dilakukan di sekolah lain selain sekolah-sekolah SD di Jakarta.
Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat menggunakan landasan teori yang diperbaharui.

DRA. I Gusti Ayu Agung Noviekayati, Msi. DRS. Suroso,MS ( Agustus,2010)
Motivasi
Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk membuat pemetaan penyebab stress pada anak. Pemetaan penyebab stress pada orang dewasa sudah dilakukan oleh Holmes and Rahe dalam Social Readjustment Rating Scale (Lazarus, 1976). Pada orang dewasa urutan stressor menurut rating ini adalah kematian pasangan hidup menempati urutan yang pertama, diikuti dengan perceraian dan kehidupan perkawinan yang terpisah sampai akhirnya kondisi yang berhubungan dengan hukum akibat kejahatan ringan.



Rekomondasi
Pada penelitian ini, penulis hanya meneliti Sekolah Dasar di Wilayah Surabaya yang terdiri dari siswa kelas 4, 5 dan 6. Penelitian lain dapat memperluas variabel tidak hanya pada Sekolah Dasar, melainkan dapat juga meneliti siswa SMP dan SMA yang juga mempunyai masalah sehingga dapat menimbulkan stres baik dalam lingkungan keluarga maupun luar lingkungan keluarga.
Masalah :
• Apakah ada perbedaan yang cukup signifikan urutan indikator penyebab stress anak ditinjau dari lingkungan dalam keluarga dan lingkungan luar keluarga
• Bagaimanakah persepsi anak-anak terhadap tayangan kekerasan pada tayangan film anak-anak berbagai sekolah di Jakarta?
• Bagaimanakah pola bimbingan orangtua dalam mengatur keterlibatan anak-anak dalam tayangan film anak-anak?
Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan penyebab stress pada anak. Banyak faktor yang menyebabkan anak-anak menjadi stress diantaranya adalah dari lingkungan dalam keluarga dan lingkungan luar keluarga.
Untuk menggambarkan bagaimana persepsi anak-anak dalam tayangan kekerasan pada program film ditelevisi dan bimbingan media orang tua.





Daftar Pustaka:
Yohanes (Juni,2008)
DRA. I Gusti Ayu Agung Noviekayati, Msi. DRS. Suroso,MS ( Agustus,2010)

Sabtu, 01 Oktober 2011

Analisis Jurnal Psikologi Perkembangan Anak

Judul : Pengembangan kapasitas kepengawasan pendidikan di wilayah Yogyakarta
Pengarang : Suharsini Arikunto, Slamet Suyanto, Setya Raharja
Tahun : Desember 2006
Tema : Psikologi Perkembangan Anak

A. Latar Belakang
Sesuai dengan PP No. 25 Tahun 2000, kewenangan bidang pendidikan terbagi atas (1) kewenangan pemerintah pusat, (2) kewenangan propinsi, dan (3) kewenangan kabupaten/kota.Dilihat dari tingkat
kewenangannya, kewenangan kabupaten/kota jauh lebih besar daripada kewenangan propinsi dan kewenangan pemerintah pusat. Adanya tiga macam level kewenangan tersebut berdampak pada timbulnya berbagai masalah terkait dengan implementasi kebijakan yang menyangkut penjaminan mutu (quality assurance). Supervisi pendidikan yang sekarang ini berlaku tidak lain adalah masalah kepengawasan dan akreditasi sekolah, yang menjadi faktor utama dalam penjaminan mutu pendidikan di suatu kabupaten/kota. Beragamnya kekuatan dan potensi kabupaten/kota cenderung menimbulkan ketimpangan antar kabupaten/kota. Sementara itu, kewenangan propinsi yang `dibatasi` cenderung mengakibatkan pelayanan pendidikan lintas kabupaten/kota menjadi kurang tertangani dengan baik.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh perwujudan kegiatan supervisi di kabupaten atau kota yang tertata rapi sehingga peningkatan program pendidikan di wilayah yang bersangkutan dapat terlaksana dengan baik.

Penelitian ini menggunakan model Research and Development ( Kaji Tindak ) untuk mengkaji dan mengembangkan model pengawasan pendidikan yang baik dari segi struktur , instrumen, dan teknis pelaksanaannya.




B. Masalah
Adapun masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Seberapa efektifkah struktur organisasi kepengawasan dalam mendukung kelancaran tugas kepengawan pendidikan?
2. Bagaimanakah gambaran kinerja pengawas dilapangan?
3. Bagaimanakah pola kepengawasan masa depan yang lebih efektif?


C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah tertuju pada diperolehnya wujud yang baik dan tertata dari unsur-unsur kegiatan kepengawasan, yang dimulai dari unsur perwujudan luar yang sifatnya statis, sampai dengan unsur-unsur dinamis yang bersifat memperlancar kegiatan supervisi.


D. METODE
• Metode penelitian menggunakan model Research and Development (Kaji Tindak) yaitu untuk mengkaji dan mengembangkan model pengawasan pendidikan yang baik dari segi struktur, instrumen, dan teknis pelaksanaannya
• Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 7 (tujuh) bulan, terhitung sejak bulan Mei sampai Nopember 2004
• Tempat penelitian: Di Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
• Subjek penelitian ialah para pengawas, kepala sekola, daan guru TK/SD/SMP/MI, SMP/MTS, dan SMA/MA, SMK, Dewan pendidikan, dan Lembaga Pengawas Internal ( LPI) Yogyakarta
• Sampel: Pengawas, kepala sekolah, guru, Dewan Pendidikan, dan unsur Lembaga Pengawas Internal diambil menggunakan teknik purposive sampling, dengan maksud untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap dan representatif tentang kepengawasan pendidikan di Kota Yogyakarta
• Pengumpulan data: Menggunakan angket terbuka, didukung dengan wawancara melalui diskusi terbatas ( Focus Group Discussion) yang melibatkan pengawas, kepala sekolah, guru LPI, dan Dewan Pendidikan.


E. Hasil dan Kesimpulan
1. Struktur organisasi pengawasan sekolah dan pola pengawasan yang berjalan sampai saat ini belum dapat mengakomodasi kejelasan pembagian tugas diantara komponen-komponen pengawasm, yaitu pengawas sekolah, pengawas pendidikan agama islam , LPI, maupun dewan pendidikan.
2. Kinerja pengawas disekolah dapat dilihat dari enam komponen obyek pengawasan, yaitu komponen siswa, guru, kurikulum, sarana prasarana dan dana, manajemen sekolah, dan lingkungan/kultur sekolah. Dari keenam obyek tersebut , yang belum tergarap secara intensif adalah pengawasan terhadap komponen kultur sekolah.
3. Instrumen yang sering digunakan oleh pengawas dalam melaksanakan pengawasan terhadap keenam komponen obyek pengawasan tersebut adalah pedoman observasi, angket, kunjungan kelas/sekolah.
4. Pengawas yang akan datang diharapkan lebih professional, dimulai dari pola rekrutmen yang tepat, memiliki kemampuan manajerial yang kuat, kemampuan pengembangan kurikulum yang tinggi, dapat memberikan contoh pembelajaran, dan dapat memilih dan menggunakan instrumen pengawasan secara tepat.


F. Rekomondasi dan Implikasi
Saran Bagi Sekolah
 Perlu diciptakan pola kepengawasan sekolah yang terpadu dan kolaboratif diantara semua unsur yang terlibat, antara lain:Pengawas sekolah dari Depdiknas dan Depag, LPI, Dewan Pendidikan, LPMP, sehingga pengawasan dapat berjalan efektif
Saran Bagi Pihak di Luar Lingkungan Sekolah
 Kultur sekolah menjadi bagian penting dalam peningkatan mutu sekolah secara menyeluruh, sehingga perlu mendapatkan pembinaan secara intensif baik dari pengawas maupun dari unsur lain.
Saran Bagi Penelitian Selanjutnya
 Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas variabel tidak hanya di wilayah kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan lainnya juga perlu dilakukan penelitian agar program perwujudan kegiatan supervisi tertata rapi sehingga peningkatan program pendidikan di wilayah yang bersangkutan dapat terlaksana dengan baik.
 Dapat menggunakan landasan teori yang diperbarui.















Judul : Media Anak dan Persepsi Terhadap Bimbingan Media Orang Tua
Pengarang : Yohanes
Tahun : Juni 2008
Tema : Psikologi Perkembangan Anak


A. Latar Belakang
Belakangan ini, khususnya di Indonesia, siaran-siaran televisi berkembang begitu pesat. Sebagai media massa, tayangan televisi memungkinkan anak-anak untuk menonton berbagai acara termasuk acara-acara yang ditujukan untuk orang dewasa. Saat ini setiap stasiun televisi telah menyajikan acara-acara khusus untuk anak, walaupun jumlah acara khusus anak tersebut masih sangat minim.
Penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan jenis accidental sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan kebetulan, siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel.
Dengan maraknya pengaruh negatif tayangan televisi yang banyak ditonton anak-anak, yang menyita begitu banyak waktu anak-anak dibandingkan dengan aktivitas-aktivitas di luar sekolah, dan juga pola bimbingan media yang dilakukan orangtua maka penulis ingin mensurvei persepsi anak tentang film kekerasan di televisi dan bimbingan media orangtua.


B. Masalah
Adapun masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah persepsi anak-anak terhadap tayangan kekerasan pada tayangan film anak-anak berbagai sekolah di Jakarta?
2. Bagaimanakah pola bimbingan orangtua dalam mengatur keterlibatan anak-anak dalam tayangan film anak-anak?


C. Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah tertuju:
Ingin menggambarkan bagaimana persepsi anak-anak dalam tayangan kekerasan pada program film ditelevisi dan bimbingan media orang tua.


D. METODE
• Teknik yang digunakan non-probability sampling dengan jenis accidental sampling,
• Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak-anak kelas 4 SD yang berasal dari berbagai sekolah di Jakarta
• Tempat penelitian: Sekolah Dasar daerah Jakarta
• Pengumpulan data menggunakan kuesioner
• Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan jenis survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok


E. Hasil dan Kesimpulan
Dari hasil penelitian, anak-anak mempersepsi bahwa kekerasan dilakukan, untuk tujuan menyelamatkan dunia dan menaklukkan musuh. Selain itu, anak-anak mempersepsi bahwa senjata digunakan untuk menaklukkan musuh dan melindungi dunia. Anak-anak pun mempersepsi bahwa luka, tempat dan peristiwa yang ada dalam tayangan film yang ditonton, merupakan sesuatu yang tidak nyata, hanyalah fantasi belaka. Anak-anak juga memiliki persepsi bahwa tokoh-tokoh yang berada dalam tayangan film yang ditonton adalah fiksi, mereka menyadari bahwa tokoh-tokoh dalam tayangan film tersebut tidaklah nyata. Reward dan punishment berhak didapatkan oleh tokoh yang mengalami kemenangan maupun kekelahan. Menurut persepsi anak-anak, tokoh yang menang berhak mendapatkan reward, dan kalaupun mendapatkan berhak dalam kuantitas yang banyak atau besar. Begitu pula dengan tokoh yang mengalami kekalahan, harus memperoleh hukuman, dan jikalau memperoleh, harus mendapat hukuman yang banyak atau pun berat. Anak-anak mengetahui dan mengerti jika dalam pertarungan tokoh-tokoh di dalamnya dapat mengalami luka dan kematian, dan dari segi psikologis, tokoh-tokoh di dalamnya dapat menjadi takut dan tunduk kepada pihak yang menang. Dari segi humor, anak-anak mempersepsikan bahwa humor dalam tayangan film yang ditonton, ditandai dengan tampilan fisik yang jenaka, maupun karaterisasi perpetrator yang tertawa saat atau sebelum memukul, menendang, dan membunuh.


F. Rekomondasi dan Implikasi
Saran Bagi Penelitian Selanjutnya
 Pada penelitian ini, penulis hanya meneliti persepsi anak-anak dalam tayangan kekerasan pada program Film di Televisi dan Bimbingan Media Orangtua. Penelitian lain dapat memperluas variabel penelitian tidak hanya pada televisi, melainkan dapat juga meneliti video games, dan buku-buku bacaan yang juga mencemaskan bagi anak-anak pada saat ini. Penelitian juga dapat dilakukan di sekolah lain selain sekolah-sekolah SD di Jakarta.
 Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat menggunakan landasan teori yang diperbaharui.
Saran Bagi Lingkungan Sekolah
 Setelah mendapat banyak pengetahuan dan pengertian yang lebih, sekolah dapat lebih banyak menyediakan informasi bagi para orang tua dan sekolah-sekolah lain, membantu mereka menyadari efek-efek negatif dari tayangan-tayangan film anak-anak yang ada sekarang ini. Sekolah dapat memberikan ide serta strategi untuk membantu para orangtua dan keluarga anak-anak memilih tayangan-tayangan film yang bermanfaat dan bernilai positif bagi putra-putri mereka.
Saran Bagi Keluarga
 Sebaiknya sediakan hanya satu televisi di dalam rumah, agar pengawasan serta kontrol orangtua dan keluarga kepada anak-anak lebih mudah untuk dilakukan. Jika ada TV di dalam kamar pribadi anak-anak, sebaiknya dikeluarkan, dan jelaskan alasannya mengapa. Dengan adanya satu televisi di dalam rumah, dapat mengumpulkan seluruh keluarga dan menciptakan suasana kebersamaan yang harmonis.
Saran Bagi Media televisi
 Saran bagi media televisi ialah, media televisi wajib menyaring content tayangan-tayangan yang akan disiarkan bagi anak-anak, terutama tayangan-tayangan yang mengandung potensi tinggi untuk kekerasan. Sesuaikan dengan standard dari KPI yang berlaku bagi tayangan anak-anak.















Judul : Pemetaan Penyebab Stres Pada Anak di Surabaya
Pengarang : DRA. I Gusti Ayu Agung Noviekayati, Msi.,DRS. Suroso , MS.
Tahun : Agustus 2010
Tema : Psikologi Perkembangan Anak


A. Latar Belakang
Pelampiasan emosi anak pada saat tertekan dewasa ini cenderung mudah ditampilkan tanpa anak mengetahui konsekuensi dari perbuatannya yang dapat mengganggu perkembangan masa depan mereka. Perilaku ini merupakan manifestasi perilaku stres pada anak-anak dalam menghadapi kejadian dan permasalahan yang ada disekitarnya. Perilaku stress pada anak berasal dari berbagai sumber diantaranya lingkungan dalam keluarga dan lingkungan luar keluarga.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk membuat pemetaan penyebab stress pada anak. Pemetaan penyebab stress pada orang dewasa sudah dilakukan oleh Holmes and Rahe dalam Social Readjustment Rating Scale (Lazarus, 1976). Pada orang dewasa urutan stressor menurut rating ini adalah kematian pasangan hidup menempati urutan yang pertama, diikuti dengan perceraian dan kehidupan perkawinan yang terpisah sampai akhirnya kondisi yang berhubungan dengan hukum akibat kejahatan ringan.

Penelitian ini menggunakan variabel tunggal (variable tergantung) yaitu penyebab stress pada anak. Metode yang dipergunakan pada penelitian ini adalah metode survey.


B. Masalah
Adapun masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan yang cukup signifikan urutan indikator penyebab stress anak ditinjau dari lokasi sekolah
2. Apakah ada perbedaan yang sangat signifikan urutan indikator penyebab stress anak ditinjau dari kelas.


C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan penyebab stress pada anak. Banyak faktor yang menyebabkan anak-anak menjadi stress diantaranya adalah dari lingkungan dalam keluarga dan lingkungan luar keluarga. Stres pada anak dapat menurunkan kualitas hidup seorang anak dalam menyongsong masa depannya.


D. Metode
• Penelitian ini menggunakan variabel tunggal (variable tergantung) yaitu penyebab stress pada anak
• Metode yang dipergunakan pada penelitian ini adalah metode survey, yang datanya diperoleh dengan menggunakan skala Penyebab Stres Anak (skala PSA)
• Subyek penelitian adalah anak yang duduk di kelas IV s/d VI Sekolah Dasar di Surabaya sejumlah 1450 siswa, terdiri dari 8 Sekolah Dasar dengan tiga macam lokasi sekolah
• Analisis data yang digunakan untuk mengolah data dalam penelitian ini adalah Anava-2 Jalur untuk melihat perbedaan penyebab stress anak ditinjau dari lokasi sekolah dan kelas
• Uji-Z untuk melihat tingkatan atau kondisi subyek pada variabel yang diteliti dan Statistik Deskriptif untuk melihat prosentase faktor atau indikator sehingga dapat ditentukan urutan indikator penyebab stress pada anak baik secara keseluruhan, per faktor, berdasarkan lokasi sekolah maupun kelas


E. Hasil dan Kesimpulan
Hasil yang diperoleh dari ANAVA 2 Jalur menunjukkan:

1. Ada perbedaan yang cukup signifikan urutan indikator penyebab stress anak ditinjau dari lokasi sekolah
2. Ada perbedaan yang sangat signifikan urutan indikator penyebab stress anak ditinjau dari kelas. Hasil dari Uji-Z menunjukkan bahwa rata-rata siswa Sekolah Dasar yang menjadi subyek penelitian ini, baik secara keseluruhan maupun dilihat dari lokasi sekolah dan kelas mempunyai tingkat stress yang tergolong rendah. Berdasarkan hasil Statistik Deskriptif ditemukan ada 2 (dua) indikator utama sebagai stressor atau penyebab stress pada anak yaitu perceraian orang tua dan kehilangan orang yang disayangi.


F. Rekomondasi dan Implikasi
Saran Bagi Orang Tua
 Peran orang tua dalam memberikan pengertian bahwa anak akan beranjak remaja menjadi sangat penting sehingga anak menjadi waspada terhadap perubahan tubuh mereka dan konsekwensi akibat perubahan tersebut. Semakin cepat anak menyadari bahwa kondisi fisiologis mereka ada yang berubah maka pemikiran akan menjadi lebih dewasa, membuat anak menjadi cemas. Pada satu sisi mereka belum siap untuk tampil lebih dewasa, namun di sisi yang lain peru-bahan itu sudah terjadi pada diri mereka.

Saran Bagi penelitian selanjutnya
 Pada penelitian ini, penulis hanya meneliti Sekolah Dasar di Wilayah Surabaya yang terdiri dari siswa kelas 4, 5 dan 6. Penelitian lain dapat memperluas variabel tidak hanya pada Sekolah Dasar, melainkan dapat juga meneliti siswa SMP dan SMA yang juga mempunyai masalah sehingga dapat menimbulkan stres baik dalam lingkungan keluarga maupun luar lingkungan keluarga.

 Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat menggunakan landasan teori yang diperbarui.