Minggu, 20 November 2011

BAB I (Latar Belakang)

BAB I
PERKEMBANGAN ANAK DILIHAT DARI ASPEK MEDIA DAN LINGKUNGAN SEKITAR
Tema: Psikologi Perkembangan Anak
Latar Belakang
Di zaman yang serba canggih dan modern saat ini, banyak faktor yang dapat mengganggu perkembangan dan masa depan anak. Beberapa diantaranya emosi anak pada saat ia tertekan , dan perilaku stres dalam menghadapi masalah yang dihadapinya merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku anak dapat berasal dari berbagai sumber, diantaranya lingkungan dalam keluarga dan lingkungan luar keluarga.
Pemetaan penyebab stress pada orang dewasa sudah dilakukan oleh Holmes and Rahe dalam Social Readjustment Rating Scale (Lazarus, 1976). Pada orang dewasa urutan stressor menurut rating ini adalah kematian pasangan hidup menempati urutan yang pertama, diikuti dengan perceraian dan kehidupan perkawinan yang terpisah sampai akhirnya kondisi yang berhubungan dengan hukum akibat kejahatan ringan.
Hasil Penelitian
Hasil yang diperoleh dari ANAVA-2 Jalur menunjukkan ada perbedaan yang cukup signifikan urutan indikator penyebab stress anak ditinjau dari lokasi sekolah dan perbedaan yang sangat signifikan urutan indikator penyebab stress anak ditinjau dari kelas. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel. 1. Hasil Anava - 2 Jalur
Sumber
JK
db
RK
F
R2
p
Antar A
469.110
2
234.555
3.082
0.004
0.045
Antar B
903.096
2
451.548
5.934
0.008
0.003
Inter AB
506.244
4
126.561
1.663
0.005
0.155
Keterangan :
A : antar Lokasi Sekolah
B : antar Kelas
p : taraf signifikansi
Hasil Uji-Z secara keseluruhan menunjukkan Mean Teoritis (MT) = 110, Mean Empiris (ME) = 80.479, dengan nilai Z = - 71.705 pada p = 0,000 (p < 0,01). Karena nilai MT > ME, berarti rata-rata siswa SD yang menjadi subyek penelitian ini mempunyai tingkat stress yang tergolong rendah. Demikian juga hasil Uji-Z antar lokasi sekolah dan kelas menunjukkan bahwa MT > ME, sehingga dapat dikatakan bahwa rata-rata siswa SD baik dari lokasi sekolah bawah, menengah dan atas; maupun siswa kelas IV, V dan VI mempunyai tingkat stress yang tergolong rendah. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel. 2. Hasil Uji-Z berdasarkan Lokasi Sekolah
LOKASI SEKOLAH
BAWAH
MENENGAH
ATAS
MT
ME
Nilai Z
p
MT
ME
Nilai Z
p
MT
ME
Nilai Z
p
110
80.852
- 71.772
0.000
110
80.924
- 73.654
0.000
110
79.692
- 76.754
0.000
Tabel. 3. Hasil Uji-Z berdasarkan Kelas
KELAS
IV
V
VI
MT
ME
Nilai Z
p
MT
ME
Nilai Z
p
MT
ME
Nilai Z
p
110
79.389
- 71.577
0.000
110
80.643
- 72.599
0.000
110
81.310
- 78.956
0.000
Keterangan :
MT = Mean Teoritis
ME = Mean Empiris
p = Taraf Signifikansi
Berdasarkan hasil statistik Deskriptif ditemukan 2 (dua) indikator utama penyebab stress pada anak yaitu perceraian orang tua dan kehilangan orang yang disayangi. Hasil Statistik Deskriptif selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Hasil Statistik Deskriptif – Perbandingan Urutan Faktor dan Indikator penyebab stress pada anak.
NO
NAMA INDIKATOR
UMUM
FAKTOR
LOKASI SEKOLAH
KELAS
N = 1450
N = 1450
BAWAH
MENENGAH
ATAS
IV
V
VI
N = 465
N = 489
N = 496
N = 457
N = 490
N = 503
A. FAKTOR NORMATIF
1
Kebutuhan Berkelompok
V
II
VI
VI
VII
VI
VI
VI
2
Kebutuhan Penyelesaian Tugas
XI
IV
IV
V
V
V
V
V
3
Perubahan Fisiologis
IV
I
V
IV
III
IV
IV
IV
4
Menyukai Lawan Jenis
VIII
III
XI
XI
VI
IX
IX
VIII
B. FAKTOR LINGKUNGAN
5 Perceraian Orang Tua I I I I I I I I
Statistik Deskriptif menghasilkan prosentase masing-masing indicator baik secara umum maupun berdasarkan lokasi sekolah dan kelas sehingga dapat dapat ditentukan urutan indikatornya.
Berdasarkan analisis data secara umum tanpa memperhatikan faktor (nor-mative dan lingkungan), lokasi sekolah (atas, menengah, dan bawah) maupun kelas (empat, lima dan enam SD), diperoleh hasil perceraian orangtua secara umum merupakan penyebab stress anak tertinggi (9,5 %).
Hal ini dikarenakan, menurut Young ada perubahan-perubahan hidup yang tidak dimengerti dan membingungkan anak. Kejadian-kejadian yang dapat menjadi pencetusnya antara lain adalah perceraian orang tua. Ketika orang tua bercerai atau bertengkar, anak-anak merasa keamanan mereka terganggu sehingga mem-buat mereka merasa sendiri dan ketakutan.
Pendapat di atas diperkuat oleh Carr (2006), yang mengatakan bahwa perceraian orang tua dan kematian ibu atau orang yang merawatnya ada-lah penyebab stres yang utama pada anak-anak.
6 Kehilangan Orang yang Disayangi II II II II II II II II
7
Perpindahan Tempat Tinggal
X
VII
X
X
XI
XI
X
X
8
Perpindahan Sekolah
IX
VI
IX
IX
X
X
XI
IX
9
Perpindahan Lingkungan Bermain
III
III
III
III
IV
III
III
III
10
Tuntutan Orang Tua
VII
V
VII
VIII
IX
VIII
VIII
VII
11
Tekanan Teman Sebaya
VI
IV
VIII
VII
VIII
VII
VII
XI
Perpindahan lingkungan bermain, merupakan indikator penyebab stres urutan ketiga secara umum (7,5%), Hal ini dikarenakan anak-anak usia ini berada pada fase berkelompok, jadi pemisahan anak dengan kelompok atau teman-teman sebaya merupakan tekanan baginya (Smidt, 2006).
Perubahan fisiologis merupakan penyebab stress urutan keempat (6,99%), Anak-anak subyek penelitian ini tergolong pada tahap perkembangan akhir masa kanak-kanak (middle childhood), dengan rentang usia 6-12 tahun. . Pada usia 6 sampai 10 tahun, perkembangan biofisiknya mengalami masa stabil tidak seperti masa se-belumnya (usia 0 sampai 6 tahun), dan pada usia 10 sampai 12 tahun, saat mema-suki masa prepubertas, perubahan-perubahan biofisik akan dirasakan kembali te-rutama pada organ-organ seksual (Berk, 2000).
Kebutuhan berkelompok merupakan penyebab stress urutan kelima (6,4%). Anak-anak ini berada pada fase berkelompok, jadi pemisahan anak dengan kelompok atau teman-teman sebayanya merupakan indikator penyebab stress baginya (Harris & Butterworth, 2004).
Tekanan teman sebaya merupakan penyebab stress urutan keenam (6,1%). Hal ini dikarenakan menurut Young, untuk kelom-pok anak usia sekolah ini, terutama untuk anak yang tergolong masa kanak-kanak akhir (kelas 4-6 SD) yang akan mengakhiri tahap perkembangan akhir masa kanak-kanak, adalah kegiatan yang berlebihan dan tekanan yang berasal dari teman sebayanya.
Tuntutan orangtua merupakan penyebab stress urutan ke-tujuh (6%), Hal ini dikarenakan apabila tuntutan orangtua menyebabkan terjadi-nya pemisahan anak dengan kelompoknya, ini merupakan hal yang menimbulkan ketegangan dan perasaaan tidak nyaman (Latona, 2000).
Menyukai lawan jenis, merupakan penyebab stress urutan kedelapan (5,78%). Seiring bertambahnya usia anak, sampailah pada fase anak-anak akhir yang ditandai dengan siap berfungsinya organ-organ seksual yang berdampak tertarik kepada lawan jenisnya. Kondisi ini apabila tidak dibarengi dengan keberanian dan kepercayaan diri berakibat anak menjadi malu, rendah diri dan cemas.
Indikator perpindahan sekolah merupakan penyebab stress urutan kesembilan (5,8%). Anak-anak yang pindah dari tempat yang sudah familier dalam hal ini sekolah (yang pada anak kelas 4-6 SD sudah mempunyai banyak teman), bagi mereka seringkali membuat mereka merasa tidak aman, bingung dan cemas.
Indikator perpindahan tempat tinggal merupakan penyebab stress urutan kese-puluh (5,7%). Sebagaimana pada indicator perpindahan sekolah di atas, anak-anak yang pindah dari tempat yang sudah familier dalam hal ini tempat tinggal, bagi mereka seringkali membuat mereka merasa tidak aman, bingung dan cemas.
Indikator kebutuhan penyelesaian tugas merupakan penyebab stress urutan kesebelas (5,3%). Kebutuhan penyelesaian tugas ini dapat dikaitkan dengan anak mulai belajar bertanggungjawab dan mulai belajar untuk menerima konsekuensi baik yang bersifat positif maupun negatif berkenaan dengan penyelesaian tugas. Pada usia ini, anak mulai dinilai apakah mereka mampu atau tidak dalam penye-lesaian tugas. Hal inilah yang menyebabkan anak menjadi stress.
Berkaitan dengan perkembangan sosial anak, anak mempunyai dorongan untuk tumbuh, berkembang dan mengejar ketinggalan dari teman-temannya. Dalam batasan tertentu, media massa, khususnya televisi, mempunyai pengaruh terhadap proses perkembangan sosial anak.
Pengaruh siaran televisi terhadap perkembangan anak menurut (Hidayati, 1998):
 dapat menumbuhkan keinginan untuk memperoleh pengetahuan
 anak secara bertahap dapat meningkatkan kemampuan pelafalan dan tata bahasa
 Dapat menambah kosakata pada anak
 memberikan berbagai pengetahuan yang tidak dapat diperoleh dari lingkungan sekitar atau orang lain
Gambaran umum subyek berdasarkan perasaan saat menonton tayangan TV favourite
Berdasarkan kategori perasaan saat menonton tayangan TV favourite, subyek terbanyak memiliki perasaan gembira, senang, yaitu sebanyak 167 orang (69.9%).
Tabel 15
Karakteristik subyek berdasarkan perasaan saat menonton tayangan TV favourite
Perasaan saat menonton tayangan TV favourite
Frekuensi
Persentase
Gembira, senang
167
69.9
Bersemangat, antusias
20
8.4
Merasa kamu sama seperti tokoh-tokoh di dalamnya
Berusaha untuk mengingat kata-kata di dalamnya
21
31
8.8
13.0
Jumlah
239
100
Gambaran umum subyek berdasarkan perasaan ketika tayangan TV favourite tidak diputar
Berdasarkan kategori perasaan ketika tayangan TV favourite tidak diputar, subyek terbanyak memiliki perasaan biasa saja, dan mencari tayangan TV lain, yaitu sebanyak 94 orang (39.3%).
Tabel 16
Karakteristik subyek berdasarkan perasaan ketika tayangan TV favourite tidak diputar
Perasaan saat tayangan TV favourite tidak diputar
Frekuensi
Persentase
Kesal
79
33.1
Marah (melampiaskan pada orang di sekeliling)
9
3.8
Biasa saja, dan mencari tayangan TV lain
94
39.3
Biasa saja, dan mencari aktivitas lain selain menonton TV
57
23.8
Jumlah
239
100
Bimbingan Media Orangtua
Bimbingan media orangtua ialah suatu cara komunikasi orangtua kepada anak-anak mereka dengan membatasi penggunaan media oleh anak mereka. Bybee, Robinson, dan Turow secara lebih jauh menekuni gagasan mereka dengan meluncurkan jawaban analisis faktor Orangtua pada 14 pertanyaan yang berhadapan dengan berbagai tipe yang berbeda dari bimbingan orangtua. Tipe-tipe tersebut antara lain restrictive, evaluative, dan unfocused (Bulck & Bergh, 2000).
Bimbingan restrictive terjadi ketika orangtua membatasi atau melarang apa yang anak-anak mereka lihat.
Bimbingan evaluative terjadi ketika orangtua berperan mendiskusikan apa yang anak-anak mereka saksikan dalam televisi, dengan cara memberitahu apa yang dilakukan oleh tokoh dalam film yang mereka tonton
Bimbingan unfocused ialah bimbingan yang melibatkan orangtua untuk duduk bersama dengan anak-anak mereka ketika menonton televisi, secara positif mendukung beberapa perilaku atau mendiskusikan apa yang anak-anak mereka telah saksikan.
Berdasarkan kategori pola bimbingan media orangtua, subyek terbanyak memiliki pola bimbingan media orangtua restrictive yaitu sebanyak 98 orang (41.0%).
Tabel 3
Karakteristik subyek berdasarkan pola bimbingan media orangtua
Pola bimbingan media orangtua
Frekuensi
Persentase
Restrictive
98
41.0
Evaluative
56
23.4
Unfocused
85
35.6
Jumlah
239
100
Berdasarkan hasil penelitian bimbingan media orangtua, para orangtua di berbagai sekolah di, Jakarta, anak-anak mempersepsikan orangtua mereka paling banyak menggunakan pola bimbingan restrictive (41%). Urutan kedua ditempati oleh bimbingan unfocused (23.4%). Urutan ketiga setelah bimbingan unfocused, ialah evaluative (35.6%).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh :
Yohanes (Juni,2008)
Motivasi:
Dengan maraknya pengaruh negatif tayangan televisi yang banyak ditonton anak-anak, yang menyita begitu banyak waktu anak-anak dibandingkan dengan aktivitas-aktivitas di luar sekolah, dan juga pola bimbingan media yang dilakukan orangtua maka penulis ingin mensurvei persepsi anak tentang film kekerasan di televisi dan bimbingan media orangtua.
Rekomondasi
Pada penelitian ini, penulis hanya meneliti persepsi anak-anak dalam tayangan kekerasan pada program Film di Televisi dan Bimbingan Media Orangtua. Penelitian lain dapat memperluas variabel penelitian tidak hanya pada televisi, melainkan dapat juga meneliti video games, dan buku-buku bacaan yang juga mencemaskan bagi anak-anak pada saat ini. Penelitian juga dapat dilakukan di sekolah lain selain sekolah-sekolah SD di Jakarta.
Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat menggunakan landasan teori yang diperbaharui.
DRA. I Gusti Ayu Agung Noviekayati, Msi. DRS. Suroso,MS ( Agustus,2010)
Motivasi
Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk membuat pemetaan penyebab stress pada anak. Pemetaan penyebab stress pada orang dewasa sudah dilakukan oleh Holmes and Rahe dalam Social Readjustment Rating Scale (Lazarus, 1976). Pada orang dewasa urutan stressor menurut rating ini adalah kematian pasangan hidup menempati urutan yang pertama, diikuti dengan perceraian dan kehidupan perkawinan yang terpisah sampai akhirnya kondisi yang berhubungan dengan hukum akibat kejahatan ringan.
Rekomondasi
Pada penelitian ini, penulis hanya meneliti Sekolah Dasar di Wilayah Surabaya yang terdiri dari siswa kelas 4, 5 dan 6. Penelitian lain dapat memperluas variabel tidak hanya pada Sekolah Dasar, melainkan dapat juga meneliti siswa SMP dan SMA yang juga mempunyai masalah sehingga dapat menimbulkan stres baik dalam lingkungan keluarga maupun luar lingkungan keluarga.
Masalah :
 Apakah ada perbedaan yang cukup signifikan urutan indikator penyebab stress anak ditinjau dari lingkungan dalam keluarga dan lingkungan luar keluarga
 Bagaimanakah persepsi anak-anak terhadap tayangan kekerasan pada tayangan film anak-anak berbagai sekolah di Jakarta?
 Bagaimanakah pola bimbingan orangtua dalam mengatur keterlibatan anak-anak dalam tayangan film anak-anak?
Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan penyebab stress pada anak. Banyak faktor yang menyebabkan anak-anak menjadi stress diantaranya adalah dari lingkungan dalam keluarga dan lingkungan luar keluarga.
Selain itu,untuk menggambarkan bagaimana persepsi anak-anak dalam tayangan kekerasan pada program film ditelevisi dan bimbingan media orang tua.
Daftar Pustaka:
Yohanes (Juni,2008)
DRA. I Gusti Ayu Agung Noviekayati, Msi. DRS. Suroso,MS ( Agustus,2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar